Cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Dusun Leboyo sudah tidak asing lagi bagi warga sekitar Desa Losari. (foto:IST/ kotomono.co)

PEMALANG, iNews.idCerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Dusun Leboyo sudah tidak asing lagi bagi warga sekitar Desa Losari. Dusun yang berada di Desa Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ini berbatasan langsung dengan Desa Ujunggede di sebelah selatannya. 

Tepat di sebelah barat Desa Losari terdapat sungai dengan arus yang cukup deras yakni Kali Comal yang dipercayai oleh warga sekitar menyimpan sejuta kisah mistis. Kali yang dalam bahasa Indonesia berarti sungai konon katanya terdapat buaya yang bermuara di sana. Tak heran jika muncul kisah legendaris yang mengharukan antara sang buaya dan warga setempat.

Buaya adalah hewan yang terkenal hidup di perairan air tawar seperti sungai maupun danau, namun ada pula spesies buaya yang bermuara di air payau. Hewan jenis reptil ini sering kali memangsa hewan-hewan bertulang belakang seperti ikan, reptil dan mamalia. 

Buaya merupakan salah satu hewan yang dianggap bahaya oleh manusia karena ia bisa menelan hidup-hidup tubuh manusia secara utuh. Maka dari itu, jika manusia melihat hewan buas satu ini tak segan-segan mereka akan segera membunuhnya. 

Berikut cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Dusun Leboyo yang telah dirangkum, Senin (8/11/2021):

Pada zaman dahulu ada seekor buaya yang tinggal di sungai Comal. Sebagai seorang kepala suku buaya tersebut tak pernah sekalipun meninggalkan sungai yang sudah menjadi tempat tinggalnya sedari dulu. Sehari-hari ia menghabiskan waktunya untuk mencari mangsa di sekitar tempat tinggalnya. 

Karena ia merasa takut jika muncul ke bantaran sungai akan diburu oleh warga sekitar. Namun suatu hari sang buaya mulai merasa bosan, lalu dengan keberaniannya ia memutuskan untuk keluar dari tempat tinggalnya tanpa memberi tahu buaya-buaya yang lain. Sang buaya mulai berjalan-jalan menyusuri sungai, pikirnya sambil mencari suasana baru sekaligus mencari mangsa jika ia beruntung. 

Tibalah sang buaya di bantaran sungai yang disampingnya terdapat sebuah pohon tua yang besar. Pohon tersebut dikenal dengan sebutan “Loh’’ oleh warga sekitar. Buaya tersebut sedang memandangi pohon yang sudah berusia ratusan tahun itu dengan perasaan kagum. 

Tak pernah semasa hidupnya ia melihat pohon sebesar itu. Saat sedang asyik menikmati suasana sambil mencari mangsa buaya itu tak sadar jika ada salah satu dahan pohon besar yang nyaris roboh. 

Sepertinya dewi fortuna sedang tak memihak sang buaya, benar saja dahan besar itu roboh. Saat sang buaya sadar ia berusaha untuk berlari menjauhi dahan pohon tersebut. Sayangnya, keempat kaki mungil dan tubuhnya yang besar itu tak kuasa untuk berlari secepat kilat sehingga dahan pohon besar itu langsung menimpa dirinya.

Kelanjutan dari cerita rakyat Jawa Tengah asal usul Dusun Leboyo, Sang buaya berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri namun semakin dirinya bergerak cabang-cabang dari dahan pohon itu semakin melukainya. 

Pikirannya kian melayang buana memikirkan dirinya akan berakhir mati tertimpa dahan pohon besar atau dibunuh oleh manusia yang melihatnya. Sambil merintih kesakitan sang buaya masih terus berusaha menyingkirkan dahan pohon besar itu meskipun tidak membuahkan hasil.

Konon suara rintihan dari buaya itu berhasil didengar oleh seorang warga sekitar yang berada tak jauh dari posisi buaya. Karena penasaran seorang warga langsung mencari sumber suara tersebut. Ditemukannya seekor buaya yang tertimpa dahan pohon besar dekat sungai. 

Karena merasa kasihan melihat kondisi sang buaya membuat seorang warga tersebut ingin menolongnya. Tetapi ia sendiri merasa takut akan dimangsa oleh sang buaya selepas menolongnya.

Oleh karena itu seorang warga mulai menyusun strategi untuk menolong sang buaya dengan membuat perjanjian. 

‘”Hei buaya yang malang, aku akan menolongmu tetapi kau harus berjanji sesuatu padaku terlebih dahulu” ujar seorang warga. Sang buaya langsung membalas tetapi masih dengan akal pintarnya ‘’Baik, katakanlah wahai manusia aku akan mengabulkannya. Namun, kau harus mengeluarkan aku dari dahan pohon besar ini terlebih dahulu”.

“Aku akan membantumu tetapi kau harus berjanji tidak akan memangsaku. Bagaimana apakah kau setuju?”. Sang buaya mulai berpikir keras akan tawaran dari seorang warga. Pasalnya dalam perjalanan tadi ia tak mendapatkan mangsa satu pun. 

Kini mangsanya ada di depan mata, akankah ia melepaskannya begitu saja?. Tetapi, jika melihat kondisinya sekarang hanya ada dua opsi yang akan terjadi yaitu mati sia-sia atau mati ditangan warga sekitar. Dua hal tersebut merupakan sesuatu yang memalukan jika terjadi kepada kepala suku.

Seorang warga terus mendesak sang buaya dengan menanyakannya lagi, “Apa yang sedang kau pikirkan wahai buaya? Apakah melihat kondisimu yang seperti ini masih berpikiran untuk memangsaku? Jika iya, aku akan meninggalkanmu di sini dan esok hari kau akan menjadi bangkai” ucap seorang warga yang langsung menyadarkan sang buaya.

“Baiklah, aku berjanji tak akan memangsamu. Maka cepatlah bebaskan aku dari dahan pohon yang berat ini” pinta sang buaya yang masih belum bisa dipercayai oleh seorang warga. “Apa kau bisa bersumpah kepadaku?” tanya seorang warga lelaki itu untuk memastikan. “Aku bersumpah tak akan memangsamu dan aku akan memegang kata-kataku” yakin sang buaya.

Lelaki itu langsung memeriksa dahan pohon itu dan memikirkan cara untuk membantu sang buaya. Setelah selesai memeriksa seluruh bagian, lelaki itu berkata “Sepertinya sangat sulit melepaskanmu karena dahan pohon ini sangat berat tidak bisa diangkat”. Sang buaya pun bertanya cemas “Lalu apa solusinya?”. 

“Cara yang bisa aku lakukan adalah dengan memotong salah satu kakimu” ujar seorang warga lelaki itu yang membuat sang buaya terkejut. “Apa tak ada cara lain?” tanya sang buaya. Lelaki itu menjawab dengan tegas “Tidak!”. Hal tersebut membuat sang buaya cemas apa kata teman-temannya jika kakinya hilang satu, ia akan merasa sangat malu. Lalu ia juga berpikir tidak ingin menjadi buronan warga sekitar. 

Menuju akhir cerita rakyat Jawa Tengah asal usul Dusun Leboyo, sang buaya berpikir keras akan solusi dari seorang warga lalu ia pun menerimanya dengan berat “Baiklah akan ku serahkan semuanya padamu”. Seorang warga lelaki itu langsung mengamputasi salah satu kaki buaya untuk membebaskannya dari dahan pohon Loh “Sekarang kau bebas. Seperti yang sudah kau janjikan kau tak akan mencelakaiku kan?.

“Tentu saja. Saya akan menepati janji saya. Karena kau sudah berbaik hati menolongku sebagai rasa ucapan terima kasih, mulai saat ini saya dan kawanan buaya lainnya berjanji akan melindungi dan menjaga warga desa ini serta tidak akan memangsanya. 

Terakhir, jika kami para buaya muncul ke permukaan sungai maka itu Anda dari kami bahwa akan terjadi bahaya. Beritahulah kepada semua warga untuk menyelamatkan diri sebelum bahaya itu datang” janji sang buaya kepada warga desa yang menolongnya.

Akibat peristiwa yang melibatkan buaya dengan seorang warga desa, kini daerah tersebut diberi nama Lohboyo. Berasal dari kata Loh yang berarti nama pohon yang menimpa buaya, sedangkan boyo dalam bahasa Jawa berarti buaya. Namun warga sekitar sering kali menyebutnya dengan Dusun Leboyo. 

Dari keseluruhan cerita rakyat Jawa Tengah asal usul Dusun Leboyo dapat ditarik makna pesan yang sangat penting bagi kita semua yakni jangan membuat janji jika kita tidak bisa memenuhi janji itu. Dan jika kita sudah berjanji maka alangkah baiknya untuk ditepati.


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network