Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menemui Aisyah Ardani, mahasiswi Unissula Semarang penemu gelang getar salat (GGS). (Foto: Antara)

SEMARANG, iNews.idInovasi dan kreativitas Aisyah Ardani, mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah patut diacungi jempol. Aisyah mampu menciptakan alat bantu salat bagi penyandang disabilitas berupa gelang getar salat (GGS).Inovasi yang dibuat Aisyah pun mendapat apresiasi tinggi dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Menurut Ganjar, alat GGS tersebut sangat luar biasa karena bisa membantu para penyandang disabilitas dalam menjalankan ibadah salat. “Ini luar biasa, tapi akan jadi sepele bagi orang yang tidak mengerti. Idenya yang luar biasa," sanjung Ganjar saat bertemu dengan Aisyah di ruang kerja Gubernur Jateng di Semarang, Rabu (19/9/2018).

Ganjar berpikiran akan lebih luar biasa jika inovasi GGS dapat disempurnakan misalnya ditambah untuk mendeteksi perbedaan gerakan dan pengingat waktu salat. Ganjar bahkan membayangkan jika GGS bisa mengalami transformasi bentuk, tidak hanya gelang.

"Ini kan masih berupa gelang, siapa tahu besok bisa jadi cincin atau bahkan karena semua orang punya ponsel, siapa tahu alat ini bisa ditransformasi ke aplikasi. Jadi nanti kalian jualnya aplikasi yang fungsinya sama dengan gelang itu. Kalau bisa luar biasa," ujarnya.

Ganjar kemudian meminta salah seorang rekan Aisyah untuk memasangkan GGS di lengannya dan mencoba mengoperasikannya.

Aisyah yang juga penyandang disabilitas menjelaskan bahwa GGS berfungsi sebagai indikator gerak salat berupa getaran dan efek getar pada gelang dipilih karena alat tersebut khusus diciptakan untuk membantu penyandang tunarungu saat melakukan ibadah salat.

Dalam pemakaiannya, kata dia, terdapat dua gelang untuk dipakai imam dan makmum. Gelang yang dipakai imam akan mengirim kode setiap gerakan salat kepada gelang makmum sehingga menghasilkan sebuah getaran. "Kami menciptakan ini karena tidak banyak alat yang membantu teman-teman difabel, khususnya tunarungu dalam hal ibadah," katanya.

Inovasinya tersebut juga tidak terlepas dari curhatan kawan-kawan Aisyah sesama penyandang disabilitas, sedangkan pertimbangan lain dalam penciptaan GGS tersebut adalah soal fikih.

Aisyah mengatakan dalam Madzhab Syafi’i yang banyak dianut umat Islam di Indonesia, jika seseorang dalam salat bergerak lebih dari tiga kali, maka salatnya batal. "Untuk teman-teman tunarungu akan kesulitan mendengar takbir dari imam, tidak jarang dari mereka sering menoleh untuk mengetahui gerak imam karena pertimbangan fikih tersebut, kami lahirkan GGS," ujarnya.

Untuk proses inovasi GGS, Aisyah bersama timnya menghabiskan biaya mencapai Rp5 juta-6 juta, namun besarnya biaya tersebut akan terpotong jika mampu diproduksi massal hanya Rp400.000 dan kemungkinannya bentuknya akan diperkecil.


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network