BANJARNEGARA, iNews.id - Dieng Culture Festival (DCF) XIII siap digelar pada 2-4 September 2022. Kepastian disampaikan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara.
"Persiapan kami sudah sekitar 80 persen. Ini tak lepas dari kegiatan teknis di lapangan, terutama koordinasi antarlini telah kami laksanakan," kata Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Alif Faozi saat Soft Launching DCF XIII, Sabtu (20/8/2022).
Bahkan, perizinan terkait dengan lampion telah disampaikan ke otoritas penerbangan, termasuk perizinan ke satgas Covid-19 dan sebagainya sudah 90 persen berjalan.
Kendati demikian, dia mengakui dalam penyelenggaraan DCF XIII belum bisa menyediakan tiket paket kunjungan secara maksimal. Pada masa sebelum pandemi bisa mencapai 5.000 tiket. Namun untuk pergelaran kali ini hanya ditargetkan sekitar 3.500 tiket.
Saat awal diluncurkan, pihaknya menyediakan 2.500 tiket paket kunjungan dengan fasilitas penginapan namun langsung terjual habis.
Selanjutnya, pihaknya meluncurkan 1.500 tiket paket kunjungan dengan fasilitas tenda berkapasitas empat orang di bumi perkemahan dan sebagian besar sudah terjual.
"Kemarin, kami juga meluncurkan penjualan tiket saja yang dapat dibeli melalui laman festivaldieng.id," kata Alif.
Terkait dengan rangkaian kegiatan, dia mengakui dalam pergelaran DCF XIII terdapat perubahan terutama untuk pelaksanaan prosesi ruwatan anak-anak berambut gimbal yang biasanya dilaksanakan di penghujung acara atau hari ketiga, akan digeser ke hari kedua.
Menurut dia, perubahan rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan pergelaran budaya ruwatan anak-anak berambut gimbal dapat berjalan lebih maksimal.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya ketika kegiatan ruwatan tersebut dilaksanakan pada hari terakhir, prosesi pelarungan yang akan dilakukan oleh pemangku adat sering kali terhambat karena jalanan macet oleh kendaraan pengunjung yang hendak pulang.
"Hal inilah mengapa salah satunya (prosesi ruwatan) kami ubah menjadi hari kedua, sehingga diharapkan pemangku adat bisa melihat situasi kondisi karena minimal pelarungan bisa dilaksanakan pada kegiatan DCF, apabila terjadi kemacetan, pemangku adat bisa melarungnya pada keesokan harinya," katanya.
Selain ruwatan anak-anak berambut gimbal, sejumlah acara dalam rangkaian kegiatan DCF XIII pun mengalami pergeseran waktu pelaksanaannya.
Bahkan, banyak pula acara yang pelaksanaannya digeser ke hari pertama dengan harapan wisatawan bisa benar-benar maksimal berada di Dieng.
"Karena kami berpikir pada dampak ganda yang diharapkan dari kunjungan wisatawan seandainya mereka bisa menginap full dua malam, maka perputaran ekonomi di masyarakat bisa bangkit," kata Alif.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait