JAKARTA, iNews.id - Musim hujan telah tiba. BMKG memprediksi hujan deras akan terjadi hingga Maret 2020.
BMKG menjelaskan hujan adalah suatu bentuk presipitasi atau endapan dari cairan atau zat padat yang berasal dari kondensasi yang jatuh dari awan menuju permukaan bumi. Namun tidak semua air hujan mampu sampai ke permukaan bumi, karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering.
Lantas bagaimana teori hujan dalam Alquran. Banyak sekali ayat dalam Alquran yang menyebutkan tentang hujan dengan ragam kata yang berbeda.
Dalam Surat Al Baqarah ada tiga ayat tentang hujan yakni ayat 19, 20, dan 22. Selain itu, Surat Ar Ra'd (12), Surat An Nur (43), Surat Az Zukhruf (11), Surat Az Zariyat (51), dan Surat An Naba' (14).
Dalam Surat An Nur ayat 43 Allah berfirman:
"Tidakkah kamu lihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan". (QS. An Nur: 43)
Ulama tafsir Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah menegaskan Dialah yang menggiring awan dengan kekuasaan-Nya sejak permulaan pembentukannya yang masih tipis,. Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya.
Yakni menghimpunkannya sesudah terpisah-pisah. kemudian menjadikannya bertindih-tindih.
Yaitu bertumpang tindih, sebagian darinya menindihi sebagian yang lain, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya".
Al-wadaq artinya hujan. Hal yang sama telah didapati di dalam qiraat Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak.
Ubaid ibnu Umair Al-Laisi mengatakan bahwa Allah mengirimkan angin musirah, maka angin ini menerpa permukaan bumi. Kemudian Allah mengirimkan angin nasyiah, maka angin ini menimbulkan awan.
Kemudian Allah mengirimkan angin muallifah, maka angin ini menghimpunkan antara bagian-bagian dari awan tersebut. Kemudian Allah mengirimkan angin lawaqih yang membuahi awan dengan air.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Firman Allah Swt:
" dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43)
Sebagian ahli Nahwu mengatakan bahwa huruf min pertama mengandung makna permulaan tujuan, sedangkan huruf min yang kedua mengandung makna tabid (sebagian), dan huruf min yang ketiga mengandung makna penjelasan jenis. Pengertian ini berdasarkan takwil yang mengatakan bahwa firman Allah Swt:
(butiran-butiran) es, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43)
Maknanya ialah bahwa sesungguhnya di langit itu terdapat gunung-gunung es, lalu Allah menurunkan sebagian darinya ke bumi.
Adapun orang yang menjadikan lafaz Al-Jibal di sini sebagai ungkapan kinayah dari as-sahab atau awan, maka sesungguhnya min yang kedua menurut takwil ini berkedudukan sebagai ibtida-ul gayah juga, akan tetapi dia berkedudukan sebagai badal dari min yang pertama hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt:
"Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 43)
Dapat ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya:
maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu. (An-Nur: 43)
Yakni apa yang diturunkan-Nya dari langit berupa air hujan dan butiran-butiran es. Sehingga makna firman-Nya:
Yaitu butiran-butiran es itu sebagai siksaan atas siapa yang dikehendaki-Nya, sebab butiran-butiran es dapat memporakporandakan buah-buahan mereka dan merusak tanam-tanaman serta pohon-pohon mereka. Dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya sebagai rahmat untuk mereka.
Firman Allah Swt.:
"Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan". (An-Nur: 43)
Maksudnya, hampir saja kilauan cahaya kilat menghilangkan penglihatan bilamana mata terus memandanginya.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 22 juga menyebutkan tentang hujan.
"Dia (Allah) menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui".
Allah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. Ibnu Katsir mengatakan, yang dimaksud dengan lafaz as-sama dalam ayat ini ialah awan yang datang pada waktunya di saat mereka memerlukannya.
Melalui hujan, Allah menumbuhkan buat mereka berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis buah, sebagaimana yang telah disaksikan. Hal tersebut sebagai rezeki buat mereka, juga buat ternak mereka.
Kesimpulan makna yang dikandung ayat ini ialah bahwa Allah adalah Yang Menciptakan, Yang memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para penghuninya, dan Yang memberi mereka rezeki. Karena itu, Dia sematalah Yang harus disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya.
Wallahu A'lam Bishshawab.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait