Suasana gelaran Festival Lima Gunung XX 2021 di kawasan Gunung Merbabu Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. (foto: Antara)

MAGELANG, iNews.id - Festival Lima Gunung XX/2021 dihelat di tengah pandemi Covid-19 berlangsung sederhana, Minggu (12/9/2021). Festival ini sebagai ungkapan eksistensi para seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung di Kabupaten Magelang.

Putaran ketiga lanjutan festival secara mandiri itu digelar di kawasan Gunung Merbabu Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dimulai dengan kirab sederhana.

Sekitar 25 seniman ikut kirab sejauh 200 meter dari Sanggar Dom Sunthil yang dikelola seorang tokoh komunitas itu di dusun setempat, Handoko, menuju tempat bernama Tapak Jaran Sembrani di alur Sungai Gendu.

Kirab dan performa dipimpin tokoh warga Warangan, Jumo (70), dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, antara lain pembatasan peserta, pemakaian masker dan pengaturan jarak.

Sejumlah tokoh Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Menoreh) yang hadir, antara lain Sutanto Mendut, Supadi Haryanto, Haris Kertorahardjo, Pangadi, Ismanto, Sujono Keron, Endah Pertiwi, Nungki Nur Cahyani, Singgih Aljawi, Lyra de Blaw, Nabila Rifani.

Hadir pula, dalang Kota Magelang Susilo Anggoro, pemerhati budaya asal Kediri yang sejak setahun terakhir tinggal di kawasan Candi Borobudur, Joko Kuntono, serta sejumlah seniman dari Kota Solo.

Gerimis sempat sebentar mewarnai kirab mereka yang diiringi tetabuhan beberapa alat musik, seperti bende, kenong, seruling, kentongan dan kelinting.

Di "Tapak Jaran Sembrani", Jumo (70), memimpin doa secara kejawen untuk keselamatan masyarakat setempat, pegiat KLG, dan Bangsa Indonesia dari pandemi Covid-19, selalu beroleh kesehatan dan rejeki yang cukup, serta hidup tenteram dan damai.

Suara seruling, kentongan, bende, mengiring doa bersama dan penaburan bunga mawar, yang dilanjutkan pidato dari sejumlah tokoh, seniman dan budayawan.

Sejumlah tembang Jawa dilantukan para pegiat komunitas itu untuk mengiring performa seni di lokasi dengan kiri kanan sungai berupa pepohonan rindang.

"Tema festival kami tahun ini, 'Peradaban Desa', untuk menunjukkan kepada dunia bahwa tradisi-tradisi desa dan gunung masih eksis dan jalan, tidak surut walau diterpa pandemi. Kita mencari kekuatan alam dan desa," kata Ketua KLG Supadi Haryanto.

Dia menyebut jiwa seni tidak akan mati dalam situasi apa pun. Demikian juga para pegiat Komunitas Lima Gunung selalu mencari cara untuk bangkit dari situasi yang sulit, termasuk dari pandemi.

Pada kesempatan itu, penyair KLG Haris Kertorahardjo membacakan puisi karya W.S. Rendra yang dibuat pada 2003 di Dusun Warangan, berjudul Barangkali Karena Bulan.

Dusun Warangan hingga saat ini sudah keempat kalinya menjadi tuan rumah Festival Lima Gunung. Para seniman dari Sanggar Dom Sunthil menyajikan tarian soreng putri di tempat dengan bebatuan itu.

Perintis KLG yang juga budayawan Magelang Sutanto Mendut, antara lain mengemukakan pentingnya peranan Dusun Warangan dalam perjalanan komunitas tersebut, termasuk menjadi tuan rumah festival pertama dan kedua pada 2002 dan 2003.

Menurutnya, kekayaan dan kesuburan alam gunung dengan hasil bumi dan komoditas pertanian di Dusun Warangan, antara lain nilam, cengkeh, tembakau, panili, bunga mawar, dan hortikultura yang menjadi kekuatan kemakmuran warga desa sejak masa lampau.


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network