PURWOREJO, iNews.id - Warga Desa Plethuk Dadi Rejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah terpaksa mengonsumsi growol sebagai pengganti nasi menyusul naiknya harga beras dalam beberapa pekan terakhir.
Growol merupakan makanan tradisional yang terbuat dari singkong. Makanan pengganti nasi itu sudah ada sejak zaman dulu dan kini kembali dikonsumsi warga sebagai makanan alternatif pengganti nasi.
Menurut salah seorang warga, Siti Zulasih, saat ini growol sedang diminati warga karena naiknya harga beras dan masa panen belum tiba. “Saya makan growol sejak harga beras naik. Soalnya, kalau beli beras tidak sanggup karena harganya terus naik,” kata Zulasih, Senin (15/1/2018).
Zulasih berharap agar pemerintah segera melakukan langkah untuk menurunkan harga beras yang saat ini tidak terjangkau masyarakat kecil. “Harapan kami harga beras bisa diturunkan,” ucapnya.
Di sisi lain, kenaikan harga beras seolah jadi berkah bagi penjual growol karena dagangan mereka laku keras di pasaran. Bahkan, dalam satu hari mereka mampu menjual ratusan kranjang growol.
“Ya, banyak yang beli growol sekarang sejak harga beras naik. Selain untuk cemilan, juga bisa jadi alternatif pengganti nasi,” kata Sukmo, pembuat growol.
Dia menjelaskan, growol terbuat dari singkong. Sebelum dimasak, singkong dikupas dan direndam selama tiga hari. Setelah itu, dicuci dan dihaluskan kemudian dimasak dan dicetak.
Sukmo mengakui, saat ini pemerintah daerah sudah menjadikan growol sebagai makanan tradisional yang wajib ada di acara-acara resmi pemerintah. Kepedulian pemerintah daerah itu membuat perajin growol mulai terangkat kesejahteraannya.
"Sekarang ini mulai banyak pesanan terutama kalau ada acara resmi di kabupaten. Harapan saya, pemerintah bisa membantu permodalan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, harga beras di hampir semua daerah di Jateng mengalami kenaikan signifikan. Beras kualitas medium dijual Rp13.000 per kg. Sedang beras kualitas premium dijual hingga Rp14.000/kg. Kenaikan harga beras tersebut menyulitkan warga terutama masyarakat berpenghasilan rendah.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait