BANYUMAS, iNews.id - Edi Pranoto, anak keempat Misem mengaku tak menyangka tiga kakak dan satu ponakannya yang hilang bertahun-tahun ternyata dibunuh secara sadis oleh keluarga kakaknya sendiri, Saminah.
Edi saat itu luput dari pembunuhan sadis yang terjadi di Dukuh Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Banyumas karena saat kejadian dia sedang berada di luar kota.
Edi mengaku sempat mencari ketiga kakak dan keponakannya yang hilang selama hampir lima tahun. Namun pencarian itu tidak pernah membuahkan hasil.
Dia juga menduga kakaknya merantau keluar kota dan ikut bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Sebab, saat peristiwa pembunuhan itu terjadi sedang ramai-ramainya banyak masyarakat bergabung dengan Gafatar.
“Tidak menyangka sama sekali. Selama ini memang hampir tidak pernah komunikasi dengan keluarga kakak saya Saminah. Saya tahunya tiga kakak saya ini merantau dan gabung Gafatar,” ucapnya, Rabu (29/8/2019).
Edi pun meminta agar kakak kandungnya, Saminah dan tiga anaknya dihukum seberat-beratnya minimal hukuman seumur hidup.
Hukuman itu, kata Edi, pantas diberikan karena Saminah dan tiga anaknya yakni, Irfan (32), Putra (27), dan Saniah (37) telah berbuat sadis membantai empat saudaranya sendiri.
Kasus pembunuhan sadistis terhadap empat korban yang masih sekeluarga itu mengagetkan warga. Mereka tidak menyangka jika pelaku adalah keluarga korban sendiri yang dikenal sangat pendiam dan tidak pernah bersosialisasi. “Keluarga Saminah tertutup. Kalau pun keluar rumah paling ke warung,” ucapnya.
Menurut dia, warga sebenarnya sudah curiga dengan keberadaan keempat korban yang hampir lima tahun tidak pernah terlihat. “Dulu, warga pada tanya pas Lebaran. Kok pada nggak pulang. Tapi, oleh Bu Saminah dibilang lagi merantau ke Jakarta. Warga awalnya nggak berpikiran negatif. Mungkin sibuk jadi nggak pulang,” katanya.
Dengan terungkapnya kasus pembunuhan empat orang sekeluarga itu, warga berharap kasus yang menggegerkan tidak terulang dan suasana desa kembali normal.
Diketahui, keempat korban pembunuhan oleh keluarga Saminah yakni, Supratno (usia saat dibunuh 51 tahun), Sugiono (46), Heri (41), dan Vivin (21). Vivin merupakan anak dari Supratno yang merupakan putra sulung Misem, sedangkan Sugiono anak ketiga Misem, dan Heri anak kelima Misem.
Keempat korban dibunuh dengan cara dipukul besi bekas dongkrak dan tabung elpiji. Setelah itu, mayat keempat korban ditumpuk di dalam kamar sebelum akhirnya dikubur di belakang rumah Misem dalam satu liang.
Mereka dibunuh pada Oktober 2014 dan baru ditemukan lima tahun kemudian tepatnya pada Sabtu, 24 Agustus 2019 dengan kondisi sudah menjadi kerangka manusia.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait