KENDAL, iNews.id – Anda ingin menikmati sensasi menyantap kuliner tradisional di tengah hutan karet? Datang saja ke Pasar Karetan di Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Beragam makanan tradisional disajikan di pasar yang buka tiap Minggu mulai pukul 07.00 WIB. Selain memakai peralatan ala ala zaman dulu, transaksi di pasar tersebut pun tidak menggunakan uang melainkan dengan koin. Sensasi menikmati makanan tradisional ini makin terasa karena suasana pasar yang berada di tengah hutan karet dengan pemandangan yang masih asri.
Untuk menuju Pasar Karetan, pengunjung tidak perlu kerepotan mencari moda transportasi karena ada angkutan wisata yang disediakan pengelola wisata Kendal secara gratis. Perjalanan pun ditempuh cukup singkat kurang dari dua menit. Selain itu, tidak ada tiket masuk ke lokasi Pasar Karetan, namun pengunjung harus menukarkan uang dengan girik atau koin untuk berbelanja di pasar tersebut.
Koin atau girik yang disediakan mulai pecahan 2,5 hingga 50 perak. Seluruh transaksi di pasar tersebut memang tidak menggunakan uang rupiah, tetapi girik atau koin yang sudah ditukarkan di pintu masuk pasar. Harga makanan yang disajikan pun relatif murah mulai Rp2.500- 25.000.
Pengunjung pun bebas menukarkan girik tanpa ada batasan minimal ataupun maksimal. Di Pasar Karetan menu yang dijual merupakan menu tradisional yang sudah mulai jarang ditemukan.
Tidak hanya makanan tradisional yang disajikan, untuk menambah sensasi layaknya pasar tradisional lapak yang digunakan juga dari kayu. Penjual makanan juga mengenakan baju tradisional, termasuk wadah yang digunakan untuk makanan.
Pengunjung pun bebas memilih tempat untuk menikmati makanan tradisional ini bisa di pendopo kayu atupun lesehan di rumput. Lokasi yang berada di tengah kebun karet menjadikan pengunjung betah menikmati kuliner dan asrinya suasana.
Pengelola Pasar Karetan, Don Kardono mengatakan Pasar Karetan dibuat untuk membangun budaya pasar yang bernuansa pariwisata dengan minimalisasi penggunaan bahan-bahan plastik dan styrofoam yang diganti dengan bahan-bahan dari alam yang ramah lingkungan.
“Pedagang yang berjualan di pasar karetan ini merupakan warga sekitar yang diberdayakan. Dia berharap Pasar Karetan tidak menambah beban kerusakan lingkungan, namun ramah lingkungan dan menjaga tradisi lama yang nyaris tidak populer lagi,” kata Don.
Salah seorang pengunjung, Marina mengatakan tidak hanya makanan tradisional yang menjadi daya tarik, banyak permainan tradisional dan spot untuk berfoto dengan latar belakang keindahan dan pemandangan alam yang asri.
“Di Pasar Karetan ini serasa kembali ke zaman dulu karena pedagang makanan masih menggunakan bahan alami, seperti piring dari daun, dan mangkok dari batok kelapa,” ucapnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait