Gubernur Ganjar Pranowo usai rapat mingguan penanganan Covid-19 di Kantor Pemprov Jateng, Senin (15/2/2021). (Istimewa)

SEMARANG, iNews.id - Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Sasmito harus mengecek ulang datanya yang menyatakan Kota Solo tertinggi kasus aktifnya. Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo .

Menurutnya, data Satgas dipertanyakan karena tidak mungkin kasus aktif di Solo 7354 ketika se-Jateng hanya 6881 kasus.  Berdasarkan data di corona.jatengprov.go.id, kasus aktif di Kota Solo saat ini tercatat 278 kasus. Data Satgas Covid semakin meragukan jika menilik angka kumulatif sejak Maret 2020 hingga hari ini, kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Solo sebanyak 4.862 kasus.

“Ini jangan-jangan beliau keliru, bahwa 7.354 itu mungkin seluruh Jawa Tengah. Catetan saya yang di Solo itu hanya 278. Jauh banget ini,” kata  Ganjar usai acara mangayubagyo purna tugas Asisten Pemerintahan dan Kesra, Sarwa Pramana di Gradhika Bhakti Praja, Jumat (26/2/2021).

Ganjar heran, karena berdasarkan data corona.jatengprov.go.id, di Jateng saat ini terdapat 6.881 kasus aktif. Maka, lanjut Ganjar, tidak mungkin jika kasus aktif di Kota Solo mencapai 7.354 kasus.

“Maka sekali lagi, angka 7.354 rasa-rasanya harus dikoreksi. Kenapa? Karena kalau itu nanti disampaikan ceritanya akan beda. Nanti bikin kepanikan baru warga di sana, wah Solo tertinggi padahal tidak gitu lho,” ujarnya.

Ia berharap, Satgas Covid-19 lebih berhati-hati lagi dalam rilis data. Sebab, hal ini sudah terjadi beberapa kali. Ganjar pun mengaku siap membantu untuk mensinkronkan data.

“Mudah-mudahan bisa menjadi koreksi bagi prof iku dan temen-temen yang me-launching data kalau lah perlu mengonfirmasi data kepada kami. Kami siap kok untuk membantu. Maka agak berhati-hati sedikit,” ujarnya.

Terlepas dari itu, Ganjar meminta pada warganya untuk memantau perkembangan kasus Covid-19 Jawa Tengah di situs resmi yang dikelola Pemprov Jateng yakni corona.jatengprov.go.id.

“Sebenarnya lihat aja di jatengcorona karena sebenarnya itu angka yang kami perbandingkan. Ada angka yang dari pusat, ada angka yang dari kami, dan tinggal diperbandingkan saja. Nanti selisih-selisih itu bisa kita konfirmasi. Karena memang selalu ada data delay,” kata gubernur berambut putih ini.

“Maka kami selalu mendapatkan kalau versi pusat itu namanya data inject, real nya berapa injectionnya berapa ditambahi dulu data-data yang delay. Bahkan mungkin dengan ini komunikasinya ke publik dijelaskan saja mana data real mana data delay. Kalau kemudian langsung disebut begini rasa-rasanya kok itu jauh dari benar gitu lho,” ujarnya.


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network