PEKALONGAN, iNews.id - Hutan mangrove di Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan sejak tiga bulan terakhir kekeringan akibat kemarau panjang. Tambak- tambak para petani tak menyisakan air membuat kondisi tanah retak-retak, hingga daun-daun dan batang pohon mangrove mulai mengering.
Kondisi ini mengancam keberlangsungan hidup pohon mangrove di kompleks wisata mangrove Mulya Asri, serta pohon mangrove di kompleks sekitarnya.
Pengelola mengaku kewalahan menghadapi cuaca ekstrem tahun ini yang dinilai paling parah dari tahun-tahun sebelumnya.
“Cuaca panas membuat pembibitan mangrove yang dilakukan sering gagal. Air kolam tambak tak lagi bisa digunakan untuk menyiram pada pembibitan mangrove akibat mengandung kristal garam,” kata Tugiyo, pengelola hutan mangrove ekowisata Mulyo Asri, Kamis (28/9).
“Penyiraman bibit terpaksa menggunakan air tanah, namun suhu udara tinggi terus mematikan bibit-bibit mangrove sebelum sempat ditanam di lahan hutan,” katanya.
Puluhan juta dana digunakan untuk pembibitan pun hilang sia-sia. Tak hanya itu, akibat cuaca panas, kunjungan wisatawan ke wisata mangrove anjlok. Pengelola terpaksa menolak kunjungan wisatawan akibat kondisi tak memungkinkan.
Wisatawan biasanya akan praktik menanam pohon mangrove dan membuat sirup dari buah mangrove. Namun bibit maupun buah mangrove tak tersedia sejak cuaca ekstrem melanda khususnya di pantura Pekalongan
Editor : Ahmad Antoni
hutan mangrove kekeringan kabupaten pekalongan cuaca ekstrem pantura wisata mangrove pohon mangrove
Artikel Terkait