Kenapa dinamakan Kota Salatiga, Kantor Wali Kota Salatiga tampak dari depan. Foto: Tangkapan layar YouTube.

SALATIGA, iNews.id - Kenapa dinamakan Kota Salatiga, ada sebuah cerita rakyat serta jejak sejarah yang menjadi latar belakangnya. Kedua hal itu sangat menarik untuk diulas. 

Kota Salatiga secara geografis letaknya sangat strategis. Karena berada di persilangan jalan raya dari lima jurusan, yaitu Semarang, Bringin, Solo, Magelang, dan Ambarawa. Salatiga terdiri atas empat kecamatan, yakni Argomulyo, Sidomukti, Sidorejo, dan Tingkir. 

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, jejak sejarahnya dapat dilihat dalam prasasti Plumpungan atau prasasti Hampra. Prasasti tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 sentimeter, lebar 160 sentimeter, dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut prasasti Plumpungan. 

Prasasti berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. Sejarawan yang sekaligus ahli Epigraf Dr JG de Casparis mengalihkan tulisan secara lengkap yang selanjutnya disempurnakan oleh Prof Dr R Ng Poerbatjaraka.

Prasasti ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta yang berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi. Pada Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga telah menjadi daerah istimewa sebagaimana tertera dalam prasasti tersebut. 

Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.

Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang suatu tanah perdikan atau swatantra bagi Desa Hampra di wilayah Trigramyama yang diberikan Raja Bhanu untuk kesejahteraan rakyatnya. Tanah perdikan dikenal pula dengan sebutan sima. 

Tanah ini biasanya akan diberikan oleh raja kepada daerah tertentu yang benar-benar berjasa kepada kerajaan atau secara sukarela mendirikan bangunan suci keagamaan. Daerah tersebut selanjutnya menjadi daerah otonom yang dibebaskan dari pajak. Daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan pada zaman pembuatan prasasti adalah daerah Salatiga saat ini. 

Untuk mengabadikan peristiwa itu, Raja Bhanu menulis dalam prasasti Plumpungan kalimat Srir Astu Swasti Prajabhyah yang berarti semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian. Melalui prasasti Plumpungan, dapat diperkirakan bahwa daerah Salatiga dulu berada di bawah otoritas Kerajaan Mataram. 

Di sisi lain, Raja Bhanu yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan belum dapat diketahui hubungannya dengan Kerajaan Mataram. Para peneliti menyatakan bahwa seseorang yang mendirikan bangunan suci merupakan seorang bangsawan. 

Informasi lain yang disampaikan melalui prasasti Plumpungan menunjukkan adanya komunitas Buddha di Salatiga. Lebih dari itu, masyarakat Salatiga juga telah mengenal organisasi kemasyarakatan dalam bentuk kerajaan, meskipun wilayah Salatiga bukan merupakan pusat kerajaan.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, juga diperkirakan berasal dari perkembangan nama Dewi yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan, yaitu Siddhadewi. Siddhadewi dikenal dengan nama Dewi Trisala. Nama Trisala kemudian dilestarikan di tempat dewi ini dipuja. Lokasi tersebut dinamakan Tri-Sala, yang berdasarkan kaidah hukum bahasa bisa berbalik menjadi Sala-tri atau Salatiga.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, ternyata juga ada cerita rakyat yang menjadi latar belakangnya. Konon, nama Salatiga tak lepas dari kisah Ki Ageng Pandanaran yang merupakan Bupati Semarang, Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sunan Bayat atau Sunan Tembayat. 

Ki Ageng Pandanaran merupakan seorang pedagang yang kaya raya. Namun seiring berjalannya waktu, ia sibuk memperkaya dirinya sendiri, sampai melupakan kesejahteraan dan keamanan rakyatnya. Sunan Kalijaga merupakan penasehat Sultan Demak kemudian berupaya mengingatkan Ki Ageng Pandanaran. 

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, Sunan Kalijaga selanjutnya menyamar menjadi seorang penjual rumput dan mendatangi Ki Ageng Pandanaran. Ia berpura-pura menawarkan rumput. Ki Ageng Pandanaran setuju membeli rumput tapi dengan harga murah. Sunan Kalijaga menolaknya dengan alasan harganya terlalu murah.

Ki Ageng Pandanaran tidak terima dan tersinggung dengan penolakan Sunan Kalijaga. Ketika naik pitam, ia mengusir Sunan Kalijaga yang pada waktu itu tengah menyamar. Sebelum pergi, Sunan Kalijaga berkata bahwa ada cara lebih baik untuk mencari kekayaan daripada menimbun harta yang seharusnya menjadi hak rakyat.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, Ki Ageng Pandanaran kemudian memberikan cangkul pada Sunan Kalijaga. Cangkul lalu dipakai Sunan Kalijaga untuk mencangkul tanah di depannya. Terdengar suara cangkul mengenai sebuah benda keras. Setelah diambil, ternyata adalah bongkahan emas. 

Ki Ageng Pandanaran yang kaget lalu memperhatikan lebih detail wajah si penjual rumput. Setelah mengamati agak lama, ia tersentak dan baru menyadari bahwa penjual rumput adalah Sunan Kalijaga. Ia lalu bersimpuh dan meminta maaf pada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga dengan bijaksana memaafkannya. Ia meminta agar Ki Ageng Pandanaran kembali memimpin Kabupaten Semarang dengan benar. Sunan Kalijaga kemudian meninggalkan Ki Ageng Pandanaran.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, salah satu pintu gerbang masuk Kota Salatiga. Foto: Tangkapan layar YouTube.

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, Ki Ageng yang merasa bersalah karena menumpuk kekayaan dengan jalan tidak benar, selanjutnya memutuskan melepaskan jabatan sebagai Bupati Semarang. Untuk menebus kesalahannya, Ia akan mengikuti jejak Sunan Kalijaga menjadi seorang penyiar agama dengan mendirikan pondok pesantren di Gunung Jabaikat. 

Nyai Ageng yang mengetahui rencana suaminya, menyatakan akan mengikuti. Ki Ageng Pandanaran menyetujui keinginan Nyai Ageng dengan syarat tidak boleh membawa harta benda. 

Sebelum berangkat, Nyai Ageng sibuk mengumpulkan perhiasan untuk dibawa. Ia menyimpannya ke dalam tongkat bambu. Karena menunggu lama, akhirnya Ki Ageng Pandanaran berangkat terlebih dahulu ke Gunung Jabaikat.

Tidak lama kemudian, setelah selesai mengumpulkan perhiasan untuk dibawa ke Gunung Jabaikat, Nyai Ageng segera berangkat menyusul Ki Ageng Pandanaran. Tapi di tengah perjalanan muncul tiga orang perampok memaksanya untuk menyerahkan semua perhiasan dalam tongkat bambu yang dibawa Nyai Ageng. Karena tidak mempunyai pilihan lain, Nyai Ageng pun menyerahkan semua perhiasan yang dibawa kepada para perampok.

Ia segera bergegas pergi menyusul suaminya di Gunung Jabaikat. Ketika sampai, Nyai Ageng segera menceritakan perampokan yang dialami. Ki Ageng Pandanaran kemudian menasehati istrinya agar jangan serakah dengan harta. Ia meminta istrinya menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran. 

Kenapa dinamakan Kota Salatiga, Ki Ageng kemudian mengatakan bahwa di tempat istrinya diadang perampok kelak akan bernama Salatiga yang berarti tiga orang bersalah, yakni Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan para penyamun.

Demikian ulasan kenapa dinamakan Kota Salatiga dilihat dari sisi sejarah dan cerita rakyat yang berkembang. Semoga bermanfaat. 


Editor : Ary Wahyu Wibowo

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network