JAKARTA, iNews.id - Marhaban yaa Syahru Dzulhijjah. Selamat datang Bulan Dzulhijjah, salah satu bulan haram atau istimewa dari 12 bulan bagi umat Islam. Di bulan ini, selain diwajibkan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu secara fisik maupun ekonomi, juga disunahkan untuk menyembelih hewan kurban.
Amalan lain yang dianjurkan untuk dilaksanakan di Bulan Dzulhijjah yakni, puasa sunah di awal bulan hingga hari ke-8 dan 9 yakni puasa Dzulhijjah, Tarwiyah dan Arafah.
10 hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:
ما مِن أيامٍ العملُ الصالحُ فيها أحبُّ إلى اللهِ من هذه الأيامِ يَعْني أيامَ العشرِ قالوا: يا رسولَ اللهِ! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجلٌ خَرَجَ بنفسه ومالِه فلم يرجعْ من ذلك شيء
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid),” (HR Bukhari)
Dalam Alquran, keutamaan 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah diabadikan dalam Surat Al fajri 1-3.
وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ وَالْفَجْرِۙ
Artinya: Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil". (QS. Al Fajri:1-3)
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa diriwayatkan pula dari Masruq dan Muhammad ibnu Kab, bahwa makna yang dimaksud dengan fajr ialah fajar Hari Raya Idul Ad-ha, yaitu sepuluh malam terakhir.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah salat yang dikerjakan di saat fajar (salat fajar), sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah.
Mengenai 10 malam, makna yang dimaksud ialah tanggal 10 bulan Zul Hijjah; sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnuz Zubair, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf.
Di dalam kitab Sahih Bukhari telah disebutkan dari Ibnu Abbas secara marfu:
Tiada suatu hari pun yang amal saleh lebih disukai oleh Allah padanya selain dari hari-hari ini. Yakni sepuluh hari pertama dari bulan Zul Hijjah. Mereka (para sahabat) bertanya, "Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah?" Rasulullah Saw. menjawab: Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah, terkecuali seseorang yang keluar dengan membawa hartanya untuk berjihad di jalan Allah, kemudian tidak pulang selain dari namanya saja.
Imam Ahmad mengatakan, Nabi Saw. yang telah bersabda: "Sesungguhnya malam yang sepuluh itu adalah malam yang sepuluh bulan Dzzulhijjah, dan al-watr (ganjil) adalah hari Arafah, sedangkan asy-syafu (genap) adalah Hari Raya Kurban.
Firman Allah Swt.:
{وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ}
dan yang genap dan yang ganjil. (Al-Fajr: 3)
Dalam hadis di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-watr ialah hari Arafah karena jatuh pada tanggal sembilan Zul Hijjah, dan yang dimaksud dengan asy-syafu ialah Hari Raya Kurban karena ia jatuh pada tanggal sepuluh. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Ad-Dahhak.
Pendapat kedua. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Said Al-Asyaj, telah menceritakan kepadaku Uqbah ibnu Khalid, dari Wasil ibnus Sa’ib yang mengatakan bahwa ia telah bertanya kepada Ata tentang makna firman-Nya: dan yang genap dan yang ganjil. (Al-Fajr: 3) Apakah yang dimaksud adalah salat witir yang biasa kita kerjakan? Ata menjawab, "Bukan, tetapi yang dimaksud dengan asy-syafu ialah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan al-watru adalah Hari Raya Ad-ha."
Pendapat ketiga. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir ibnu Ibrahim Al-Asbahani, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari An-Numan ibnu Abdus Salam, dari Abu Said ibnu Auf yang menceritakan kepadaku di Mekah, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnuz Zubair berkhotbah, lalu berdirilah seorang lelaki mengatakan, "Wahai Amirul Mu’minin, terangkanlah kepadaku makna syafu dan watru. Maka Abdullah ibnuz Zubair menjawab, bahwa yang dimaksud dengan asy-syafu ialah apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. (Al-Baqarah: 203) Dan yang dimaksud dengan al-watru ialah apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosapula baginya. (Al-Baqarah: 203)
Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Murtafi", ia pernah mendengar Ibnuz Zubair mengatakan bahwa asy-syafu adalah pertengahan hari-hari tasyriq, sedangkan al-watru ialah akhir hari-hari tasyriq.
Memasuki awal Dzulhijjah ini, Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Selain itu, bertaubat dan bersedekah, serta menjalankan ibadah puasa sunah agar mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah SWT.
Wallahu A'lam Bishowab
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait