JAKARTA, iNews.id – Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso tutup usia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Minggu (10/5/2020) pagi. Djoko berpulang dalam usia 67 tahun karena sakit.
Setelah disemayamkan di rumah duka, Bambu Apus, Jakarta Timur, jenazah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Upacara pemakaman secara militer dipimpin Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Sebelumnya, upacara pelepasan jenazah di rumah duka dipimpin KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa.
"Saya Andika Perkasa Kepala Staf Angkatan Darat, atas nama negara bangsa dan Tentara Nasional Indonesia menerima jenazah almarhum Jenderal TNI Purnawirawan Djoko Santoso," kata Andika, Minggu (10/5/2020).
Djoko meninggalkan jejak harum di dunia militer Indonesia. Alumnus Akademi Militer (dulu Akabri) 1975 ini merupakan salah satu perwira dengan karier cemerlang.
Lulus dari Lembah Tidar Magelang, prajurit kelahiran Solo ini mulai bertugas di Danton-I/A/121/II (1976). Dari situ, kariernya terus merangkak naik dan melesat. Namanya makin mencorong saat menjabat sebagai Pangdam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil meredam konflik di Maluku.
Dia pun dipromosikan sebagai Pangdam Jaya (2003). Tak lama, kariernya makin melesat dengan menjabat Wakil KSAD, KSAD, dan akhirnya Panglima TNI (2007-2010).
Perjalanan hidup Djoko sarat dengan perjuangan. Putra pertama dari sembilan saudara ini lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Djoko Suyono merupakan guru dan ibunya, Surami, ibu rumah tangga.
Banyak kisah dalam perjalanan hidup Djoko yang tak banyak orang tahu. Salah satunya ketika bocah, dia berjualan perangko di depan Kantor Pos Solo.
Kisah itu diungkap Pitoyo Subandrio, adik kandung Djoko. Mantan Direktur Sungai dan Pantai Kementerian PUPR itu menceritakan, semasa kecil ekonomi keluarganya sangat sulit.
Untuk membantu penghasilan orangtua, dia dan Djoko berjualan perangko dan kartu lebaran. Tempat tinggal mereka memang di belakang penjara, dekat Kantor Pos Solo.
“Saya dan Mas Djoko memanfaatkan kemalasan orang antre beli perangko di dalam kantor pos. Kami juga membeli kartu lebaran dari pasar grosir dan menjualnya di depan Kantor Pos Solo dan Taman Sriwedari,” kata Pitoyo dalam buku "Banjir Kanal Timur, Karya Anak Bangsa" (2010), dikutp Minggu.
Ketika menjual perangko dan kartu lebaran itu, tidak lupa Pitoyo dan Djoko membawa buku-buku pelajaran sekolah.
Ketika menginjak SMP, nyambi berjualan itu juga berlanjut. Pitoyo menyebut kali ini dia menjual onde-onde buatan orang rumahnya. Onde-onde itu dititipkan di sejumlah sekolah.
Pahit getir masa lampau telah menempa Djoko. Lulus dari SMAN 1 Surakarta, dia masuk ke Akademi Militer hingga jabatan puncak sebagai Panglima TNI.
"Sebagai bentuk penghormatan dan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian almarhum Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, seluruh satuan jajaran TNI/TNI Angkatan Darat mulai hari ini mengibarkan bendera setengah tiang," kata Kadispenad Kolonel Nefra Firdaus.
Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait