BANJARNEGARA, iNews.id – Dataran tinggi Dieng tidak hanya kaya ragam budaya dan potensi wisata alam. Namun juga memiliki kuliner yang patut untuk dicoba, salah satunya olahan cabai gendot atau cabai raksasa Dieng.
Kuliner tumis cabe gendot Dieng yang dipadu jamur tiram, dapat dijumpai di warung makan milik Sulastri di kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara.
Kuliner tumis pedas ini tak berbeda dari masakan tumis pada umumnya, mulai dari proses pengolahan, resep, dan bahan. Namun ada satu yang membuat tumis pedas ini terasa lebih spesial, yakni rasa pedas yang dihasilkan berasal dari cabai khas dataran tinggi Dieng.
Cabai ukurannya lebih besar dibanding pada umumnya. Sebutannya cabai gendot atau cabai raksasa.
Sekilas cabai gendot mirip dengan sayuran tomat, mulai dari warna hingga bentuknya. Namun pedasnya cabai ini levelnya tingkat dewa. Yang menikmati dijamin akan berkeringat karena rasa pedas yang luar biasa.
Dengan menikmati olahan cabai Dieng, maka dapat menghangatkan tubuh saat berada di dataran tinggi yang suhu udaranya bisa mencapai 0 derajat celsius bahkan minus dalam kondisi tertentu.
Berbeda dengan cabai yang ada di pasaran yang berkulit tipis, cabai gendot yang hanya dapat tumbuh di dataran tinggi Dieng ini memiliki tekstur kulit cabai yang tebal.
“Selain jamur tiram, cabai Dieng juga bisa diolah dengan aneka sayuran lainnya, seperti labusiam, terong dan sayuran lainnya,” kata pemilik warung, Sulastri, Senin (15/8/2022).
Dirinya sering mendapat pesanan olahan masakan berbahan cabai khas Dieng dari para wisatawan. Para pecinta pedas umumnya ketagian cabai Dieng.
Untuk menikmati olahan cabai Dieng terbilang cukup murah. Untuk satu porsi dengan nasi plus lauk daging ayam, penikmat kuliner cukup merogoh kocek sebesar Rp20.000. Itu sudah termasuk minum untuk mengobati rasa pedasnya.
Warga Dieng biasa menanam cabai di pinggir lahan tanaman kentang. Selain manisan carica dan jamu herbal purwaceng, cabai gendot juga bisa menjadi oleh oleh yang wajib dibawa pulang wisatawan saat mengunjungi dataran tinggi Dieng.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait