CILACAP, iNews.id - Aktivitas pelelangan ikan di Kabupaten Cilacap mulai menggeliat seiring datangnya musim angin timuran. Periode ini membuat ikan-ikan mulai bermunculan.
"Saat ini merupakan awal musim angin timuran di perairan selatan Cilacap, puncaknya biasanya pada bulan Agustus-September. Dengan demikian, ikan-ikan mulai bermunculan," kata Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Untung Jayanto, Kamis (7/7/2022).
Ia mengatakan, dari delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola KUD Mino Saroyo, baru TPI Kemiren dan TPI Tegal Katilayu yang mulai ada aktivitas pelelangannya. Sementara TPI-TPI lainnya, hingga saat ini belum ada aktivitas pelelangan karena hasil tangkapan nelayan belum maksimal.
"Saat ini yang aktivitas pelelangannya sudah jalan baru Kemiren dan Tegal Katilayu, lainnya belum," katanya.
Ia mengatakan, komoditas perikanan yang dilelang di dua TPI umumnya berupa udang jerbung dan udang krosok yang saat ini mulai muncul di perairan selatan Cilacap. Harga udang jerbung saat sekarang sekitar Rp20.000 per kilogram, sedangkan udang krosok mencapai kisaran Rp30.000 per kilogram.
"Sebenarnya kalau di wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), saat sekarang sudah mulai muncul ikan tuna dan cakalang," kata Untung.
Ia mengatakan, ikan tuna dan cakalang hasil tangkapan nelayan diturunkan di TPI Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) yang dikhususkan untuk ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi dan berkualitas ekspor. Akan tetapi, ikan cakalang dan tuna hasil tangkapan nelayan ketika sampai di TPI PPSC tidak dilelang, melainkan hanya ditimbang dan selanjutnya dibawa ke perusahaan eksportir.
"Kalau dilelang kan ikannya digelar. Khawatirnya kalau digelar di TPI, suhu ikan cakalang dan tuna yang baru dikeluarkan dari freezer yang ada di kapal akan menurun, sehingga ikannya tidak lagi segar," katanya.
Kondisi cuaca pada puncak musim angin timuran yang merupakan musim panen ikan bagi nelayan Cilacap tetap bersahabat. Dengan demikian, akan berdampak terhadap peningkatan produksi perikanan di Cilacap pada tahun 2022.
Ia mengakui, berdasarkan hasil evaluasi terhadap nilai transaksi pelelangan ikan dari delapan TPI pada periode Januari-Mei 2022, terjadi penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.
"Penurunannya hampir 50 persen. Pada periode Januari-Mei 2021, nilai transaksinya sekitar Rp30 miliar, namun pada Januari-Mei 2022 baru sebesar Rp15 miliar," katanya.
Menurut dia, penurunan tersebut dipengaruhi oleh faktor alam yang sering terjadi cuaca buruk di laut.
"Kami dari KUD Mino Saroyo dan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Kabupaten Cilacap berharap semoga kondisi cuaca tetap bersahabat meskipun diprakirakan akan dipengaruhi fenomena La Nina, sehingga produksi perikanan di Cilacap tidak terkendala," kata Untung.
Salah seorang nelayan yang baru mendarat di TPI Kemiren, Suwarto mengaku hanya mendapatkan udang jerbung dan krosok sebanyak 10 kilogram setelah setengah hari melaut.
"Tangkapannya sedang kosong, tadi hanya dapat udang jerbung dan krosok sebanyak 10 kilogram. Biasanya kalau sudah memasuki musim angin timuran, banyak ikan yang bermunculan, tapi saat ini belum banyak yang keluar," katanya.
Selain belum banyak ikan yang muncul di perairan selatan Cilacap, minimnya hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh kondisi gelombang yang cukup tinggi dan angin yang kencang. Hasil tangkapan berupa 10 kilogram udang jerbung dan krosok itu tidak bisa menutup biaya operasional karena harga jualnya di TPI hanya sebesar Rp20.000 per kilogram.
"Untuk bisa menutup biaya operasional, paling tidak harus mendapatkan Rp500.00, syukur bisa mencapai Rp1 juta," kata Suwarto.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait