BOYOLALI, iNews.id- Peluh membasahi wajah Enrica Audia Prastiwi usai mengibarkan bendera merah putih saat upacara HUT ke-76 Kemerdekaan RI di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Donohudan, Boyolali, Selasa (17/8/2021). Nafasnya tersengal dan dia tampak kecapekan.
Bagaimana tidak, tugasnya mengibarkan sang saka merah putih sangat berat hari ini. Selain bertanggungjawab dan memastikan merah putih berkibar, dia harus melawan panas dan beratnya pakaian hazmat yang dikenakan.
Yah, Enrica adalah satu dari tiga pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) yang bertugas mengibarkan bendera merah puthi di upacara yang digelar bersama pasien isolasi itu. Ia tak pernah menyangka, tugas yang diembannya itu begitu berat dan membuatnya kesusahan.
"Ini panas banget, berat juga. Nggak pernah terbayang bertugas mengibarkan bendera merah putih dengan pakaian seperti ini," kata Enrica.
Saat mendaftar menjadi Paskibraka tingkat provinsi, siswa SMA dari Purworejo ini tak pernah menyangka akan tugas di RSDC Donohudan. Bahkan dua hari sebelumnya, ia masih tahu bahwa tugasnya nanti di halaman kantor Gubernur Jateng di Semarang.
Namun ternyata, tugasnya dipindah ke RSDC Donohudan. Karena upacara bersama ratusan pasien Covid-19, sia terpaksa menggunakan hazmat demi protokol kesehatan.
"Tapi dengan ini, saya jadi tahu gimana beratnya perjuangan tenaga kesehatan (nakes) kita. Mereka berjuang susah payah melawan Covid-19. Mereka menggunakan hazmat seperti ini tiap hari. Saya yang sebentar saja terasa kepanasan," ujarnya
Enrica berharap pandemi segera pergi dan kondisi kembali membaik. Dia juga mengajak semua masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. "Kepada para tenaga medis, tetap semangat dalam membasmi Covid-19 ya," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ahmad Iskandar, pengibar bendera merah putih lainnya. Dia mengatakan, tak pernah membayangkan akan bertugas mengibarkan bendera menggunakan pakaian hazmat seperti ini. "Panas banget, sumpek juga. Tapi saya tetap semangat mengibarkan sang merah putih ke angkasa," katanya.
Selain panas dan sumpek, mengenakan hazmat saat bertugas mengibarkan bendera menurut dia memiliki banyak tantangan. Selain sulit untuk berjalan, sarung tangan yang digunakan juga licin dan bisa saja menghambat prosesi pengibaran.
"Rasanya panas banget, sumpek. Keringatnya banyak. Tantangannya ya itu, jalan susah dan sarung tangan ini kan licin. Kemungkinan talinya bisa terlepas. Tapi alhamdulillah lancar," ujarnya.
Selain Enrica dan Ahmad, para petugas upacara di Donohudan memang mengenakan pakaian sesuai protokol kesehatan. Bahkan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menjadi inspektur juga mengenakan pakaian hazmat yang sama.
"Saya baru pertama kali pakai hazmat. Panas banget ternyata. Saya tidak membayangkan, mereka para nakes yang berjam-jam menggunakan hazmat ini. Saya ingin merasakan bagaimana menjadi mereka," ujarnya.
Menurutnya, perjuangan para nakes sungguh luar biasa. Mereka harus berjuang menyemangati diri sendiri, merawat pasien dan juga menyemangati para penyintas.
"Sesuatu yang ingin saya rasakan sendiri. Mudah-mudahan kehadiran saya di sini, bisa memberikan semangat bagi para penyintas dan nakes. Mereka bisa juga merayakan kemerdekaan di tempat ini, khususnya para nakes," katanya.
Editor : Ahmad Antoni
bendera merah putih HUT ke-76 Kemerdekaan RI tenaga kesehatan hazmat gubernur jateng ganjar pranowo
Artikel Terkait