Hujan abu erupsi Gunung Merapi (Foto: Antara)

SOLO, iNews.id - Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3/2020) membuat sejumlah daerah terdampak hujan abu vulkanis. Pakar kesehatan pun menganjurkan penggunaan masker bagi warga terdampak abu.

Pakar paru dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo Reviono mengimbau warga perlu waspada dengan penyebaran abu vulkanis. Dia menjelaskan, debu dari hasil letusan gunung berapi ukurannya sangat kecil, yaitu kurang dari 2µm dan mengandung sejumlah kandungan berbahaya yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi pernapasan.

"Jadi, kalau debu dari abu vulkanis debunya lembut sehingga bisa masuk. Ada kandungan seperti silika, besi, asbes, dan sulfur. Kalau itu bisa masuk maka paru-paru bisa radang bila jumlahnya besar dan juga bisa mengakibatkan kemampuan menyaring oksigen di alveolus menjadi berkurang," ujar Reviono dilansir dari website resmi UNS, Rabu (4/3/2020).

Reviono mengatakan apabila debu vulkanis sudah mencapai batas maksimal maka masyarakat disarankan untuk tetap tinggal di dalam rumah dan menghindari beraktivitas di luar ruangan. Batas maksimal kualitas udara yang dibutuhkan manusia yakni 150 µgram/m3.

Untuk mengurangi gangguan saluran pernapasan akibat abu vulkanis dia menyarankan agar masyarakat menggunakan masker saat berada di luar rumah. Selain langkah pencegahan dengan masker, cara lain yang bisa dilakukan agar abu vulkanik tidak masuk ke dalam rumah adalah dengan memasang kawat kasa di jendela atau ventilasi udara.

"Satu-satunya cara yang paling efektif adalah pakai masker minimal seperti masker bedah. Kalau di rumah ada penyaring udara (kawat) kasa di jendela," ucapnya.

Jika masker sulit didapat, masyarakat bisa menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi dengan air. Tapi, Reviono menilai cara tersebut tidak terlalu efektif karena pori-pori kain ukurannya lebih besar.

Apabila masyarakat memaksakan diri untuk beraktivitas di luar ruangan saat hujan abu vulkanis, Reviono khawatir saluran pernapasan akan mengalami infeksi akut dan kronis. Gejalanya, batuk kering di awal dan keluar dahak.

"Kalau kronis itu terjadi secara terus-menerus. Di awal-awal tidak ada apa-apa tapi justru itu berbahaya," katanya.


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network