Dialog hybrid bertajuk ‘Menjawab Kebutuhan Disabilitas di Masa Pandemi’ yang digelar Akatara JSA bersama dengan Unicef, di Borobudur, Kabupaten Magelang, Sabtu (11/12/2021). (foto: IST)

MAGELANG, iNews.id - Pendidikan yang lebih besar terhadap layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi tantangan di pandemi Covid-19. Terutama setelah mereka lebih banyak menghabiskan waktu belajar di rumah.

Keterbatasan secara kognitif menjadi hambatan terberat bagi ABK untuk dapat menjaga  kemampuan yang sudah mereka dapatkan di sekolah. Belum lagi jika orang tua di rumah kurang bisa memahami kebutuhan putra- putri mereka yang berkebutuhan khusus.

Hal itu terungkap dalam dialog hybrid bertajuk ‘Menjawab Kebutuhan Disabilitas di Masa Pandemi’ yang digelar Akatara JSA bersama dengan Unicef, di Nalendro Cafe, Borobudur, Kabupaten Magelang, Sabtu (11/12/2021).

Menurut praktisi Forum Pendidik Madrasah Inklusi (FPMI), Ma’ruf Yuniarno, dalam layanan pendidikan, anak dengan kebutuhan khusus masih terdiskriminasi, ketika sekolah masih lebih mengarusutamakan anak- anak yang memiliki kemampuan kognitif (kecerdasan).

Persoalan semakin tidak sederhana bagi anak dengan kebutuhan khusus, ketika pandemi menjadikan pola layanan pendidikan menjadi berubah. Sementara orang tua di rumah tidak bisa serta merta memainkan peran sebagai pendidik yang sangat mereka butuhkan.  

“Di sisi lain, tanpa pandemi pun, anak dengan kebutuhan khusus masih kesulitan mendapatkan pendidik yang benar- benar paham dan mengerti apa kebutuhan mereka sesungguhnya,” katanya.

Dia menegaskan, perhatian bagi anak dengan kebutuhan khusus jangan sampai terabaikan di masa pandemi seperti sekarang ini, agar layanan pendidikan yang sudah mereka dapatkan dan karakter kemampuan yang telah terbentuk tidak ‘memudar’ atau bahkan ‘hilang’.

Mereka juga harus mendapatkan perhatian yang sama dengan anak- anak lainnya (yang lebih beruntung dari sisi fisik maupun kemampuan mental serta kognitifnya.

“Percayalah, tidak ada ‘produk gagal’ dari Tuhan, tinggal bagaimana kita semua peduli untuk bisa memenuhi kebutuhan dan menyelamatkan pendidikan mereka,” ujar fasilitator nasional untuk pendidikan inklusi ini.

Education Officer Program Pendidikan Inklusi LP Ma’arif PWNU Jateng, Miftahul Huda mengamini, pentingnya perhatian bagi ABK yang sedang menghadapi tantangan berat dalam mendapatkan layanan pendidikannya.

Konsentrasi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus maupun anak perkebutuhan khusus sama- sama berat dengan berbagai kompleksitasnya.

Menurutnya, LP Ma’arif PWNU Jateng telah mengembangkan Madrasah Inklusi di berbagai daerah yang mendapatkan amanah untuk memberikan hak- hak layanan pendidikan yang layak bagi ABK.

Bahkan LP Ma’arif tetap berkomitmen mengawal pendidikan inklusi dan menginginkan lebih banyak lagi madrasah yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan layanan pendidikan yang sama. 

Sementara, Psikolog Klinis Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Dwi Susilawati sepakat mengenai pemahaman terhadap apa saja yang menjadi kebutuhan ABK selama pandemi Covid-19 ini.

Menurutnya, setiap anak memiliki keistimewaan yang berbeda- beda dan mereka yang berkebutuhan khusus dan memiliki kekurangan bukan berarti mereka tidak memiliki kemampuan lain. yang lebih spesifik.

Sementara itu Chief Field Office Unicef Indonesia, Ermi Ndoen menyambut baik kegiatan diskusi yang digelar dan momentumnya juga bersamaan dengan Hari Disabilitas Internasional ini.

Sebab di tengah masyarakat banyak persoalan akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali problem dalam hal layanan pendidikan bagi ABK. “Ternyata cukup kompleks dan tantangannya jauh lebih berat di masyarakat kita,” ujarnya.


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network