JAKARTA, iNews.id - Pertempuran lima hari di Semarang memiliki banyak kisah menarik untuk diketahui. Palagan 5 Dina atau Pertempuran Lima Hari ini terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada 15-19 Oktober 1945.
Peristiwa ini termasuk dalam rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia seiring kalahnya Jepang dari Sekutu di Perang Dunia II.
Kali ini jika tertarik ingin mengetahui lebih jauh sejarah pertempuran lima hari di Semarang, Anda dapat mengetahui berbagai sejarahnya. Lantas apa saja sejarahnya? Berikut ulasan rangkumannya, Rabu (14/4/2021).
1. Latar Belakang Sejarah
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, masih banyak prajurit Jepang yang belum bisa pulang ke negaranya. Banyak serdadu Jepang yang dipekerjakan, misalnya di pabrik-pabrik atau sektor lain.
Saat itu, pasukan Sekutu, termasuk Belanda, mulai datang ke Indonesia dengan maksud melucuti senjata dan memulangkan para mantan tentara Jepang yang masih tersisa. Pada 14 Oktober 1945 terjadi perlawanan dari 400 mantan tentara Dai Nippon Jepang yang dipekerjakan di pabrik gula Cepiring yang terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Semarang.
Saat akan dipindahkan ke Semarang, mereka melarikan diri dari pengawalan. Ratusan bekas serdadu Jepang tersebut melakukan perlawanan dan kabur ke daerah Jatingaleh. Di sana, mereka bergabung dengan pasukan batalion Kidobutai yang dipimpin oleh Mayor Kido.
2. Kronologi Peristiwa
Upaya penentangan dari para mantan prajurit Jepang mulai terlihat di Semarang. Mereka bergerak melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang ditawan.
Kedatangan mereka ternyata disambut oleh angkatan muda Semarang dengan dukungan TKR. Pertempuran pun terjadi selama lima hari antara kedua pihak. Ternyata, Kidobutai juga didampingi oleh pasukan Jepang lain di bawah pimpinan Jenderal Nakamura.
Perang ini terjadi di empat titik di Semarang, yakni daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang, dan di depan Lawang Sewu (Simpang Lima). Lokasi konflik yang disebut banyak menelan korban dan berdurasi paling lama adalah di Simpang Lima atau yang kini disebut daerah Tugu Muda.
3. Tokoh-tokoh Peristiwa
- Wongsonegero adalah Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.
- Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, keduanya adalah tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
- Jenderal Nakamura adalah perwira tinggi yang ditangkap oleh TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Magelang.
- Mayor Kido merupakan Pemimpin Kido Butai, beliau adalah pimpinan Batalion Kido Butai yang berpusat di Jatingaleh.
- Kariadi adalah dokter yang akan memeriksa cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Beliau merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
- Soenarti adalah istri dr. Kariadi.
- Kasman Singodimejo adalah perwakilan Indonesia pada perundingan gencatan senjata.
4. Peninggalan / Monumen Tugu Muda
Untuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada 10 November 1950. Diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno pada 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di kawasan pertempuran lima hari di Semarang, yaitu di pertemuan antara Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Dr. Sutomo, dan Jalan Pandanaran dengan Lawang Sewu. Selain pembangunan Tugu Muda, nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di Semarang.
5. Akhir dari pertempuran
Agar pertikaian tidak berlarut-larut, maka digelar perundingan untuk mengupayakan gencatan senjata. Kasman Singodimedjo dan Mr. Sartono mewakili Indonesia, sedangkan dari Jepang hadir Letnan Kolonel Nomura, Komandan Tentara Dai Nippon.
Selain itu, ada pula perwakilan dari pihak Sekutu yakni Brigadir Jenderal Bethel. Perdamaian antara kedua belah pihak pun terjadi dan Pihak Sekutu melucuti seluruh persenjataaan para tentara Jepang pada 20 Oktober 1945 sekaligus menjadi akhir dari pertempuran lima hari di Semarang.
Editor : Vien Dimyati
Artikel Terkait