SOLO, iNews.id – Hari Raya Idul Adha sebentar segera tiba. Panitia kurban diminta mempersiapkan beberapa hal dalam menghadapi kurban di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi (Prodi) Peternakan, Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sulistyo menyampaikan beberapa imbauan untuk panitia kurban.
Pertama adalah lebih selektif dalam membeli hewan kurban. Berikutnya, panitia kurban hendaknya menyiapkan dandang-dandang besar saat penyembelihan. Hal ini akan memudahkan panitia jika ternyata hewan kurban yang disembelih mengidap PMK.
Sesuai edaran Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), bagian-bagian hewan ternak yang terkena PMK ringan harus direbus hingga matang terlebih dahulu sebelum dibagikan. Bagian-bagian tersebut yakni kepala, kaki, dan jeroan.
“Untuk kurban di tengah pandemi PMK sebaiknya panitia menyiapkan dandang-dandang untuk perebusan. Jadi jika ternyata hewan kurban terkena PMK ringan, sesuai fatwa MUI memang sah tetapi bagian-bagian yang terkena seperti kepala, kaki, jeroan itu direbus dulu sehingga aman dari virus PMK,” kata Sulistyo melalui siaran pers Humas UNS, Jumat (1/7/2022).
Panitia kurban diimbau untuk mempersiapkan lubang khusus untuk membersihkan jeroan hewan kurban. Lubang diperuntukkan khusus untuk menampung air yang telah digunakan untuk membersihkan jeroan.
Jika jeroan sudah bersih dan air cucian sudah tertampung di lubang, panitia diminta untuk menambahkan asam sitrat atau deterjen sebelum menutup lubang. Hal ini dimaksudkan agar air cucian tersebut tidak mencemari lingkungan.
“Biasanya kita lihat ada panitia kurban yang membersihkan jeroan ramai-ramai ke sungai. Ini kan kita tidak tahu kalau ternyata ada hewan yang terpapar PMK jadi tidak baik membersihkan jeroan di sungai,” katanya.
Imbauan selanjutnya, yakni panitia kurban hendaknya membedakan plastik daging, jeroan merah (hati), dan jeroan hijau (babat). Menurut Sulis yang juga tergabung dalam juru sembelih halal (Juleha), pembedaan kantung plastik sudah seharusnya dilakukan meskipun tidak dalam wabah PMK.
Hal ini disebabkan jeroan merah dan jeroan hijau memiliki mikrobia yang sangat banyak. Sementara itu, mikrobia yang ada di daging sedikit. Jika jeroan dan daging digabung dalam satu plastik, mikrobia-mikrobia yang ada di jeroan berpindah dengan cepat ke daging. Dia mengimbau setidaknya ada tiga kantung plastik dalam satu paket daging kurban.
“Walaupun tidak PMK, disarankan dibedakan kantung plastiknya karena bagian jeroan itu banyak mengandung mikrobia. Sedangkan daging lebih sedikit mikrobianya. Nanti dikhawatirkan ada pencemaran pada daging karena jika terjadi, perkembangan mikrobia di daging akan cepat,” ujarnya.
Imbauan berikutnya adalah personel panitia yang mengurus jeroan difokuskan untuk mengurus jeroan saja. Personel panitia yang mengurus jeroan tidak boleh berpindah mengurus daging atau bagian hewan lainnya. Hal ini dikhawatirkan akan terjadi penularan PMK.
“Personel panitia kurban sebaiknya dipisah-pisahkan begitu. Jadi personel yang mengurusi bagian jeroan cukup di situ terus, jadi jangan memegang di daging. Jeroan ya jeroan, tidak perlu pindah ke daging dan sebagainya. Itu sebaiknya dipisah-pisahkan jadi lebih aman dalam menghadapi kurban di tengah wabah PMK,” ucapnya
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait