Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak yang hingga kini banyak dikunjungi pengunjung. (IG @hippoacademy.id)

DEMAK, iNews.id - Sejarah Kerajaan Demak, raja-raja, peninggalan, masa kejayaan dan keruntuhannya, menarik untuk Anda ketahui. Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa,

Kerajaan Demak telah berdiripada sekitar abad ke-16 Masehi, setelah kemunduran Majapahit. Sembilan Wali atau dikenal dengan sebutan Wali Solo berperan dalam penyebaran agama Islam pada masa Kerajaan Demak.

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Demak, Raja-Raja, peninggalan, masa kejayaan dan keruntuhannya?  Berikut ini ulasannya yang dihimpun dari berbagai sumber referensi.

Sejarah Kerajaan Demak 

Kerajaan Demak mempunyai pengaruh penting dalam penyebaran agama Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak berdiri pada awal abad ke-16 setelah mundurnya Majapahit. Pendiri dari Kerajaan Demak adalah Raden Fatah yang juga merupakan keturunan terakhir dari Raja Majapahit. Pusat penyebaran agama Islam di Kerajaan Demak dengan kepemimpinan Raden Fatah dan juga peran yang tak lepas dari Wali Songo. Dengan dukungan yang diberikan Wali Songo, Kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dalam waktu yang singkat dan juga menjadi kerajaan yang disegani.

Raja-Raja 

Kerajaan Demak pada awalnya dipimpin oleh Raden Fatah, dan berhasil menjadi kerajaan penyebar agama Islam pertama di Jawa. Berikut ini daftar nama Raja-Raja Kerajaan Demak

Raden Fatah
Raden Fatah mulai menjabat sekitar tahun 1475 sampai dengan 1518. Raden Fatah merupakan pendiri dan juga raja pertama yang memimpin Kerajaan Demak. Raden Fatah juga salah satu keturunan terakhir yang ada di Kerajaan Majapahit. Raden Fatah berhasil membangun kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dengan bantuan Wali Songo. Daerah yang dikuasai Kerajaan Demak antara lain, Pati, Rembang, Jepara, Semarang, Selat Karimata dan beberapa daerah yang ada di Kalimantan lainnya.

Pati Unus
Pati Unus merupakan pengganti dari Raden Fatah, Pati Unus atau Sultan Yunus menjabat sekitar tahun 1518 sampai dengan 1521. Pati Unus merupakan adik ipar dari Raden Fatah, dan menjabat setelah Raden Fatah wafat. Pangeran Sabrang Lor merupakan salah satu nama yang dikenal selain Pati Unus, sebagai tanda terima kasih atas usaha untuk berangkat dari Jawa menuju ke utara untuk menggempur kekuasaan Portugis yang ada di Malaka. Portugis dianggap sebagai pengganggu dari Kerajaan Demak dan juga musuh alam. Hal itu karena Malaka merupakan pusat perdagangan Internasional. Pati Unus sangat berjasa dalam bidang kekuatan militer laut dengan mendirikan pelabuhan militer yang ada di Teluk Wetan, Jepara.

Sultan Trenggono
Sultan Trenggono adalah Raja ketiga di Kerajaan Demak. Sultan Trenggono memimpin Kerajaan Demak sekitar tahun 1521 sampai dengan 1546.  Sultan Trenggono juga merupakan salah satu raja terbesar pada masa pemerintahan Raja Demak. Dia berjasa dalam penyebaran agama Islam dan juga menaklukan wilayah terutama di Jawa Barat dan Timur. Sultan Trenggono berhasil menjadikan Kerajaan Demak terbesar di Jawa, dengan menguasai imperium Majapahit dan kekuasaan Sunda. Demak menjadi titik perdagangan di Jawa karena letaknya di pesisir pelabuhan-pelabuhan. Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546 dalam peretempuran di Pasuruan.

Sunan Prawoto
Sunan Prawoto merupakan anak dari Sultan Trenggono, di mana pada saat Sultan Trenggono wafat, kepemimpinan digantikan oleh Sunan Prawoto. Pada masa kepemimpinan Sunan Prawoto lah Kerajaan Demak mengalami fase kemunduran. Hal ini karena perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Sunan Surowiyoto. Akibat dari insiden tersebut Sunan Prawoto membunuh Sunan Surowiyoto, sehingga dukungan yang diberikan terhadap kekuasaan Demak surut yang berakhibat Kerajaan Demak dipindahkan ke Prawoto, Pati.

Arya Penangsang
Raja terakhir Kerajaan Demak adalah Arya Penangsang. Dia menduduki kursi pemerintahan pada Kerajaan Demak setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto. Selain itu, Arya Penangsang juga membunuh Hadiwijaya, karena beranggapan Hadiwijaya dianggap berbahaya bagi kekuasaannya, sehingga mengakibatkan perpindahannya Kerajaan Demak ke Jipang. Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 dengan bantuan oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya

Peninggalan Kerajaan Demak 

Kerajaan Demak meninggalkan beberapa peninggalan-peninggalan yang masih dapat ditemui hingga saat ini. Berikut ini daftar peninggalan Kerajaan Demak.

Masjid Agung Demak
Masjid yang berdiri sekitar tahun 1479, merupakan salah satu masjid tertua yang berada di Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dibangun oleh Raden Fatah dengan bantuan Wali Songo. Masjid Demak juga dimanfaatkan untuk penyebaran Agama Islam dan juga Pembelajaran dari para ulama. Masjid Demak kini menjadi wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan, baik untuk ziarah atau beribadah.

Makam Sunan Kalijaga
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Makam Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo, yang mempunyai pengaruh besar dalam penyampaian agama dan juga penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Makam Sunan Kalijaga tak pernah sepi pengunjung untuk berziarah, berdoa atau sekadar berselawat.

Soko Guru 
Soko Guru termasuk salah satu peninggalan Kerajaan Demak. Soko Guru merupakan tiang penyangga dari Masjid Agung Demak, dengan tinggi 19,54 meter dengan diameter 1,45. Tiang ini terbuat dari kayu dengan jumlah 4, pembuatan tiang sendiri dilakukan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Jati, Sunan Ampel dan Sunan Benang. Soko Guru merupakan lambang keharmonisan atau persatuan di tengah Masjid yang bermakna kekuatan.

Lawang Bledek 
Disebut Lawang Bledek karena pintu tersebut berbentuk seperti petir atau bledek. Pemahat pintu tersebut adalah Ki Ageng Selo yang memahat pada tahun 1466 M. Pintu tersebut dipasang sebagai pintu utama yang ada di Masjid Agung Demak. Tetapi karena usia yang sudah terlalu tua, pintu tersebut sudah disimpan dan dirawat di museum masjid.

Masa Kejayaan Kerajaan Demak 

Kejayaan Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan pada saat kepemimpinan Sultan Trenggana, yang menjabat dari tahun 1521 sampai dengan 1546. Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana Kerajaan Demak berhasil meluaskan wilayah jawa bagian Timur dan juga Barat. Pada tahun 1527 Portugis berhasil diusir dari Sunda Kelapa oleh pasukan gabungan dari Demak dan Cirebon, yang dipandu oleh Fatahillah atas perintah dari Sultan Trenggana. Setelah Portugis berhasil diusir, nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta yang memiliki arti kemenangan yang sempurna.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana wafat pada saat penyerangan Panarukan yang ada di Situbondo. Sultan Trenggana wafat akibat dari perang melawan Kerajaan Blambangan (Banyuwangi). Setelah Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak menjadi kacau. Adanya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Pangeran Sekar dengan Sunan Prawata yang merupakan putra dari Sultan Trenggana. Akibat dari perebutan kekuasaan tersebut, Sunan Prawata membunuh Pangeran Sekar dan menduduki kekuasaannya.

Runtuhnya Kerajaan Demak

Kerajaan Demak mengalami kemunduran setelah meninggalnya Sultan Trenggana. Hal ini ternyata disebabkan oleh pemberontakan yang dilakukan Adipati Hadiwijaya. Sebenarnya Adipati Hadiwijaya termasuk seorang yang dikenal dengan kesetiaannya dengan Kerajaan Demak.Tepat pada tahun 1556, terjadi kekacauan yang dilakukan Arya Penangsang. Dia telah membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat. Setelah pemberontakan berakhir, Adipati Hadiwijaya berhasil menduduki kekuasaan Kerajaan Demak dan berhasil membuat Kerajaan Demak menjadi kekuasaan Kesultanan Panjang.

Begitulah ulasan tentang sejarah Kerajaan Demak, raja-raja, peninggalan, masa kejayaan dan keruntuhannya. Semoga ulasan dan penjelasan ini bisa bermanfaaat dan menambah wawasan tentang sejarah kerajaan. 


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network