Peternak memanen telur ayam (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)

KLATEN, iNews.id - Peternak ayam di Klaten mengeluhkan anjloknya harga telur hingga Rp16.500 per kg. Salah satu penyebab anjloknya harga yakni pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta beberapa waktu terakhir.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Klaten, Sunaryo, mengatakan anjloknya harga telur itu sudah terjadi sepekan terakhir. Bahkan, hari minggu ini terbilang paling buruk dalam penjualan telur ayam.

“Harganya itu turun terus. Sempat pada harga Rp23.000 per kg kemudian turun Rp19.000 per kg dan pekan ini menjadi Rp16.500 per kg. Ini harga terjelek. Kalau dihitung-hitung ya rugi karena BEP (break event point atau titik impas) itu pada Rp19.000 per kg,” kata Sunaryo saat ditemui wartawan di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Selasa (29/9/2020).

Sunaryo mengatakan PSBB membuat pengiriman sulit masuk terutama ke wilayah Jakarta. Belum lagi, kondisi pasar sempat sepi.

“Rata-rata pasar peternak di wilayah Soloraya itu ke Jakarta dan Jawa Barat,” kata Sunaryo.

Sunaryo mengatakan pengiriman telur ke dua wilayah itu juga tak maksimal. Dia mencontohkan dalam sehari para peternak telur di Soloraya bisa mengirim telur ke Jakarta dan Jabar sebanyak 150 ton/hari.

Namun, sejak PSBB pengiriman telur hanya kisaran 30 ton per hari dengan sekitar 9 ton telur berasal dari peternak Klaten. Terkait PSBB Jakarta yang pernah diberlakukan pada April lalu, Sunaryo mengatakan kondisinya lebih parah dibandingkan saat ini. Harga telur di tingkat peternak sempat mencapai angka Rp13.000/kg.

“Dihitung kerugian itu dalam sebulan hampir Rp500 juta,” katanya.

Terkait produksi telur yang tak bisa dipasok ke Jakarta dan Jabar, Sunaryo mengatakan para peternak mengalihkan pemasaran. Dia menyebut telur-telur yang tak bisa dipasok ke wilayah lain ke pedagang-pedagang di kampung.

“Harapan kami ada campur tangan pemerintah mengatasi kondisi ini. Sekarang harapannya pada bantuan sosial berupa sembako itu bisa menyerap telur-telur dari peternak lokal,” katanya..

Sunaryo mengakui sebelumnya pemkab mendorong agar program jaring pengaman sosial menggunakan produk lokal termasuk telur dibeli dari peternak lokal. Begitu pula dengan bantuan pada program keluarga harapan (PKH).

“Sebenarnya itu sudah dilakukan. Tetapi responsnya tidak begitu bagus. Kenyataannya untuk bansos tidak semua ambil telur dari peternak lokal. Sebenarnya potensi produksi dari peternak lokal itu mencukupi memenuhi kebutuhan pengadaan telur untuk bansos,” ucapnya.

Kasi Pengembangan Usaha Peternakan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Tri Yanto, mengatakan sebelumnya DPKPP juga mendorong agar penyaluran bansos bisa memanfaatkan produk lokal mulai dari beras hingga telur.

“Kami sudah pernah buat surat ke bupati agar penyaluran bantuan itu menggunakan produk peternak lokal di lingkungan Klaten. Itu sudah berjalan di beberapa wilayah,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Solopos.com dengan judul "Harga Telur Anjlok Dampak PSBB Jakarta, Peternak Klaten Rugi Besar"


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network