Warga membongkar bong pay yang dijadikan penutup saluran di Kota Semarang. (Foto: MPI)

SEMARANG, iNews.id – Beredar video beberapa Bong Pay alias nisan makam Cina dijadikan penutup selokan di Kota Semarang. Lokasinya di Jalan Saputan Raya, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari.

Di akun @niwseir dituliskan narasi “Setelah kuburan Tionghoa jadi tempat selfie/tiktokan atau apalah itu, kini batu nisan kuburan Tionghoa dicuri dan dijadikan penutup selokan dan kuburannya dijadikan pembuangan sampah. Yang lucu? Warga Tionghoa malah mau bangunkan tempat pembuangan permanen  ,"

Tertulis pada 14 Maret 2024, video itu sudah tayang sebanyak 1,3 juta kali, 2.871 posting ulang dan disukai 7.113. Videonya memperlihatkan beberapa Bong Pay warna abu-abu jadi penutup selokan.

Lurah Jomblang Henry Nurcahyo membenarkan apa yang ada video itu ada di wilayahnya. Namun, dia mengaku sudah berkomunikasi dengan warganya yang terdapat Bong Pay itu bersama Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jateng.

“Kejadian itu sudah terselesaikan kemarin, sudah diberesin itu. Terkait Bong Pay itu dulu kan di wilayah Jomblang itu dulunya itu kan memang Makam Cina dan sudah berubah jadi perkampungan,” kata Henry saat dihubungi via telepon, Sabtu (16/3/2024) sore.

“Nah terkait Bong Pay itu kan orang-orang sekarang itu peninggalan dari mbah-mbahnya yang dulu, jadi ketidaktahuan mereka terkait itu. Jadi tidak ada unsur kesengajaan juga karena ketidaktahuan,” lanjutnya. 

Dia bersama warga kemudian membongkar Bong Pay tersebut, jumlahnya ada 17 buah. Kemudian diserahkan ke pihak PSMTI. Pihaknya juga mengganti tutup selokan warga.

“Mereka (PSMTI) intinya terima kasih dengan tindaklanjut apa yang kita di sini, di wilayah yang kita lakukan dan mereka sendiri juga menyadari dan tidak ada unsur kesalahan di warga kita, karena ketidaktahuan dan itu sudah berlangsung lama. Dari tahun 60an mungkin itu dulu di sini, udah lama banget,” bebernya.

Dewan Pakar PSMTI, Dewi Susilo Budiharjo menyebut memang tidak etis jika ada kesengajaan Bong Pay itu sampai jadi tutup selokan. Namun demikian, dia memaklumi ketidaktahuan warga.

“Memang membuat terenyuh ketika ada Bong Pay jadi tutup selokan, jadi alat cuci pakaian. Tapi saya yakin karena ini ketidaktahuan warga,” kata Dewi.

Dewi berharap persoalan seperti itu tidak berlarut-larut apalagi terus viral di media sosial. Di Kota Semarang, sebutnya, warga yang heterogen termasuk pendatang dari Tionghoa dan etnis lain, hidup rukun berdampingan saling toleransi.

Mengenai video itu, Dewi mengatakan sebenarnya itu diposting sejak 2 tahun lalu. Ketika itu ada peneliti yang sedang mengamati Tionghoa peranakan di Kota Semarang. Dia juga heran kenapa video itu baru viral sekarang.

“Tidak perlu berlarut-larut, apalagi diviralkan lagi. Kami berterimakasih sekali kepada Pemerintah Kota Semarang, kelurahan dan warga, yang memfasilitasi, kemudian (Bong Pay) itu dibongkar,” katanya.   

Dewi menyebut memang perlu ada edukasi kepada warga termasuk juga upaya agar Bong Pay jadi salah satu artefak sejarah. Sebab, tak jarang Bong Pay itu dari abad ke 16 hingga 17 lalu.

Menurutnya perlu ada edukasi lagi ke warga karena bisa saja Bong Pay itu jadi sejarah masuknya warga Tionghoa ke Semarang. Karena dari informasi, Bong Pay tersebut dari abad 16-17.

“Bisa diteliti, jadi bisa tahu juga (lewat Bong Pay) itu, kapan orang-orang Tionghoa masuk ke Semarang,” ucapnya.


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network