5 Jalur Pendakian Alternatif Gunung Slamet, Cocok untuk Pendaki Pemula

TEGAL, iNews.id – Jalur pendakian alternatif Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) menarik diulas. Gunung Slamet menjadi magnet bagi para pecinta alam.
Selain jalur utama yang sudah dikenal, kini terdapat beberapa jalur pendakian alternatif yang bisa dipilih pendaki sesuai tingkat kesulitan dan pengalaman. Gunung Slamet dikeliling lima kabupaten di Jawa Tengah, yakni Banyumas di sisi selatan, Purbalingga di sisi timur, dan Pemalang, Tegal serta Brebes di sisi utara.
Jalur pendakian alternatif yang jarang dieksplorasi menjadi pilihan ideal bagi pendaki berpengalaman maupun pemula yang ingin menghindari antrean panjang di jalur utama seperti Bambangan dan Guci. Berdasarkan rekomendasi dari komunitas pendaki lokal dan Dinas Pariwisata Jawa Tengah, setidaknya empat jalur alternatif siap menyambut petualang di akhir September 2025 ini.
Gempa kecil di wilayah sekitar Slamet akhir pekan lalu tidak memengaruhi akses jalur, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Namun, peningkatan pengunjung hingga 30% dibanding tahun lalu mendorong otoritas setempat mendorong diversifikasi rute. Nah, berikut ini ulasan lengkap jalur pendakian alternatif ke Gunung Slamet yang cocok bagi pendaki pemula.
1. Jalur Bambangan (Purbalingga)
Jalur Bambangan yang berada di Kabupaten Purbalingga masih menjadi favorit para pendaki, termasuk pemula. Akses menuju basecamp terbilang mudah, dengan fasilitas parkir, warung, hingga pos registrasi yang tertata. Jalur ini memiliki rute yang relatif aman dan landai, meski tetap menantang dengan trek berbatu dan licin saat hujan.
2. Jalur Gunung Malang (Pemalang)
Bagi pendaki yang ingin suasana lebih sepi, jalur Gunung Malang di Kabupaten Pemalang menjadi pilihan. Jalur ini menyajikan pemandangan hutan tropis dan sumber air yang cukup melimpah di beberapa titik. Meski jarak tempuh lebih panjang dibanding Bambangan, jalur ini relatif menanjak secara konsisten sehingga cocok untuk pendaki dengan stamina lebih.
3. Jalur Dipajaya (Tegal)
Alternatif lainnya adalah jalur Dipajaya yang berada di wilayah Tegal. Jalur ini dikenal cukup menantang dengan trek curam dan jalur hutan lebat, namun menawarkan pengalaman berbeda bagi pendaki berpengalaman. Pendaki akan disuguhi panorama indah lereng Slamet serta hamparan kebun warga sebelum memasuki hutan.
4. Jalur Penakir – Misteri Hutan Purba
Jalur Penakir di perbatasan Purbalingga-Tegal menawarkan sensasi hutan purba yang masih asli. Dengan panjang 15 km dan waktu tempuh 9-10 jam, rute ini melewati sungai kecil dan bebatuan alami, cocok untuk pendaki yang suka fotografi alam. Akses dimulai dari Desa Penakir, di mana pendaki bisa menyewa porter lokal seharga Rp150.000 per hari.
5. Jalur Dukuhliwung
Jalur Dukuhliwung di Kabupaten Tegal muncul sebagai 'rahasia' bagi pendaki yang ingin menghindari jalur Guci yang ikonik. Panjangnya 14 km dengan gradien curam di awal, rute ini memakan waktu 8-9 jam dan menawarkan panorama ladang teh serta air terjun mini di Pos 3.
Kepala Dinas Pariwisata Tegal, Budi Santoso, menyatakan bahwa jalur ini baru dibuka secara resmi pada 2024 dan kini dilengkapi dengan papan petunjuk digital. "Kami targetkan 500 pendaki per bulan untuk jalur ini, sambil menjaga ekosistem," katanya. Tiket masuk Rp15.000, dengan fasilitas tenda sewa Rp50.000 per malam. Pendaki diimbau memeriksa cuaca via aplikasi BMKG, mengingat potensi kabut tebal di ketinggian 2.500 mdpl.
Meski banyak jalur pendakian bisa dipilih, pengelola wisata alam dan Basarnas tetap mengimbau pendaki memperhatikan kondisi fisik, cuaca, serta perlengkapan standar. Mengingat Gunung Slamet merupakan gunung berapi aktif, pendaki diminta selalu mengikuti informasi resmi dari PVMBG terkait status aktivitas vulkanik.
Editor: Kastolani Marzuki