Awas! Puncak Kasus Omicron di Indonesia Diprediksi Lebih Tinggi dari Varian Delta

JAKARTA, iNews.id - Indonesia disebut bakal mengalami gelombang ketiga kasus Covid-19 dalam waktu dekat ini. Hal itu karena munculnya varian baru Covid-19 jenis Omicron. 

Varian Omicron tersebut sangat cepat menyebar di Indonesia sejak pertama kali terdeteksi. Indonesia mengalami lonjakan kasus konfirmasi positif Covid-19 yang sangat signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. 

Baca Juga

Jumlah Kasus Covid-19 Omicron di Beberapa Kota Sudah Lampaui Puncak Varian Delta, Kemkes: Perketat Prokes!

Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memprediksi, puncak kasus omicron bakal lebih tinggi dibandingkan varian delta. 

Kasus positif di Indonesia diprediksi bisa mencapai angka 300 sampai 500.000 pada saat puncak gelombang ketiga Covid-19 akibat varian Omicron ini. Pemerintah dan masyarakat diminta untuk lebih waspada dan antisipasi.

Baca Juga

Ilmuwan Temukan Makin Banyak Subvarian Covid Omicron

"Jadi kalau misalnya delta ketemu sampai 50 ribu, ini bisa sampai 2 atau 3 kalinya pada periode puncaknya, itu bukan berarti kasusnya cuma segitu, enggak, kita itu bisa sampai 300 sampai 500 ribu pada saat puncak," kata Dicky melalui pesan singkatnya, Minggu (6/2/2022).

Baca Juga

WHO Sebut Sub-Varian Omicron BA.2 Sulit Diidentifikasi

Kalaupun nantinya angka positif Covid-19 tidak mencapai ratusan pada puncak gelombang ketiga, Dicky meyakini, ada keterbatasan testing dan tracing yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab, tren pada varian omicron ini menginfeksi banyak orang.

"Tren dari gelombang Omicron ini pertama, bahwa dia akan menginfeksi banyak orang, empat kali bahkan lebih banyak dari delta, ini mau yang resminya maupun tidak resminya, maksudnya yang ketemu oleh tes pemerintah dengan kemampuannya," katanya.

Baca Juga

Cegah Penyebaran Omicron, Polisi Bagikan Masker di Pasar Kembangsari

Meskipun angka kasusnya diprediksi bakal lebih tinggi dari delta, diprediksi Dicky, masa periode varian omicron tidak akan berlangsung lama. Hanya saja, sambungnya, bakal ada perbedaan tren puncak kasus di setiap daerah.

"Omicron ini cenderung wilayah-wilayah bisa memiliki budaya yang berbeda. Bahkan di beberapa negara, kota atau provinsi berdekatan bisa berbeda puncaknya ada selisih satu minggu," ujar dia.

Dicky meminta agar pemerintah lebih bisa mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 ini. Meskipun varian Omicron tidak terlalu fatal, tapi bisa menyebabkan keruntuhan (collapse) pada seluruh aspek pelayanan publik, termasuk rumah sakit. 

"Karena para pekerja publiknya harus isoman, termasuk di rumah sakit, nah ini yang harus diantisipasi," ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni