Begini Kisah Anggota SAR UNS Jadi Relawan Pengubur Jenazah Pasien Covid-19
SOLO, iNews.id - Anggota Badan Koordinasi Pelaksana (Bakorlak) Search and Rescue (SAR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memiliki segudang cerita menjadi relawan yang membantu penanganan jenazah pasien Covid-19. Kisah pilu terkadang dialami ketika ada reaksi negatif dari masyarakat.
Seperti yang dialami anggota Bakorlak SAR UNS Solo Supriyanto Nugroho, yang kini menjadi relawan pengubur jenazah pasien Covid-19 di Sragen. Supriyanto yang sudah bergabung dengan Bakorlak SAR UNS sejak tahun 2010, menceritakan alasannya tergerak menjadi relawan dan tantangan yang dihadapi selama menguburkan jenazah pasien Covid-19.
Panggilan untuk mau menjadi relawan pengubur jenazah Covid-19 bermula ketika relawan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Solo berkeluh kesah soal sulitnya memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Sragen.
“Lalu, saya dan teman-teman Bakorlak SAR UNS yang ada di satu daerah dengan saya berembuk bersama anggota SAR MTA. Setelah oke, lalu kami memulai giat yang pertama dan terbentuklah relawan gabungan volunteer Covid-19,” kata Supriyanto.
Niatnya membantu menguburkan jenazah pasien Covid-19 sempat dilarang ibunya. Namun setelah memberikan pemahaman, Supriyanto mendapatkan izin dan mulai aktif membantu.
“Karena saya tidak bisa membantu dengan harta benda, cuma dengan tenaga yang saya bisa. Dan dari Bakorlak SAR UNS ada empat personel yang ikut giat. Ada saya, Panji, Imam Muhlisin, dan Witanto,” ujarnya.
Dalam proses penguburan jenazah pasien Covid-19, Supriyanto dan relawan dari Bakorlak SAR UNS telah dibekali dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan alat kubur, seperti helm, kacamata google, sepatu boot, masker, bambu, dan tali plastik atau tambang.
Selama menjadi relawan pengubur jenazah pasien Covid-19, Supriyanto enggan dibayar sepeser rupiah pun. Sebab ia sejak awal sudah berkomitmen membantu sesama yang memerlukan.
Komitmennya diikuti rekan-rekan lainnya sesama relawan, baik dari Bakorlak SAR UNS maupun tim SAR lainnya. Sampai-sampai Wakil Ketua I PMI Sragen Soewarno menyebut Supriyanto dan temannya merupakan relawan yang sangat istimewa.
Meskipun Pemkab Sragen telah menganggarkan insentif bagi relawan pengubur jenazah pasien Covid-19, Supriyanto tetap kokoh pada pendiriannya. Ia tidak mau dibayar dan tidak mencairkan insentif tersebut.
“Membantu mereka (korban) dengan catatan tidak mengajukan SPJ yang disediakan Pemkab Sragen, dan untuk operasional dari kantong sendiri-sendiri. Biar dana itu untuk keperluan yang lain, karena banyak yang lebih penting dan membutuhkan,” ujarnya.
Supriyanto mengaku untuk kepentingan operasional dan konsumsi berasal dari biaya pribadi. Sesekali para relawan pengubur jenazah pasien Covid-19 juga patungan.
“Giat kami tidak mengenal waktu. Seperti malam takbir kami selesai giat jam 5 pagi,” ucapnya.
Meskipun Supriyanto memiliki niat membantu sesama, nyatanya tidak selalu diterima baik oleh orang lain, termasuk dari warga di sekitar lokasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Supriyanto menceritakan, ia bersama para relawan pengubur jenazah pasien Covid-19 pernah mendapat perlakuan tak terpuji. Mulai dari dicemooh sampai diancam warga.
Lebih parahnya lagi, mereka juga nyaris dilempari batu oleh warga saat hendak memakamkan jenazah pasien Covid-19 dari Madiun.
Walau sempat mendapatkan perlakuan tak mengenakan, Supriyanto tetap mengapresiasi pihak-pihak yang memberikan perhatian, baik kepadanya maupun relawan pengubur jenazah pasien Covid-19 lainnya.
“Kami relawan gabungan dapat kaos untuk seragam dari salah satu dokter di Puskesmas Sragen Kota dan saya sangat berterima kasih pada Pak Wafir beserta ibu senior SAR UNS yang selalu membantu logistik dalam giat pemakaman di Sragen Kota,” katanya.
Supriyanto mengatakan, jika masih ada orang yang tidak percaya terhadap Covid-19, hal itu boleh-boleh saja. Namun ia mengingatkan jika kelak mereka sudah terjangkit virus tersebut, barulah mereka akan percaya.
“Saya sangat kasihan melihat pemandangan itu. Marilah patuhi protokol kesehatan agar mengurangi penyebaran virus ini,” ucapnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo