Bengawan Melawan, Giliran Mahasiswa Solo Aksi Turun ke Jalan Hari Ini

SOLO, iNews.id – Seruan untuk berdemonstrasi terus bermunculan setelah viralnya aksi damai Gejayan Memanggil di Yogyakarta. Hari ini, Selasa (24/9/2019), mahasiswa di Solo juga turun ke jalan untuk menyampaikan tuntutan-tuntutannya menyikapi kondisi saat ini di Indonesia.

Dari sejumlah poster yang beredar di media sosial, mereka menyebutnya dengan aksi Bengawan Melawan. Dalam poster itu tertulis ajakan untuk mengosongkan ruang-ruang kelas hari ini dan berdemonstrasi ke DPRD Surakarta.

Poster seruan untuk berdemonstrasi di Solo hari ini, Selasa (24/9/2019), yang disebut dengan Bengawan Melawan. (Foto: Istimewa)

Jika aksi damai Gejayan Memanggil di Yogyakarta menetapkan titik kumpul di Gejayan, di Solo, massa memilih titik kumpul di depan Stadion Manahan dan EDU Park UMS. Massa aksi mulai berkumpul pukul 08.00 WIB tadi. Dari sini, para mahasiswa akan berjalan menuju DPRD Surakarta untuk menyampaikan tuntutannya.

Demonstrasi ini akan diikuti mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Universitas Slamet Riyadi.

Poster-poster seruan berdemonstrasi hari ini di Solo, Jateng, dengan tagar Bengawan Melawan. (Foto: Istimewa)

Poster-poster ajakan berdemonstrasi hari ini telah beredar di media sosial sejak Senin (23/9/2019). Beberapa poster menyebutkan “Mari Kosongkan Kelas untuk Merespons Kosongnya Nurani Pembuat Kebijakan, “3 SKS di Jalan, “Bengawan Melawan, “Tolak Revisi Undang-Undang Bermasalah”, Habis Gejayan Jangan Lupa Manahan”, dan “Kita Kuliah di Jalan”.

Poster-poster seruan berdemonstrasi hari ini di Solo, Jateng, dengan tagar Bengawan Melawan. (Foto: Istimewa)

Tuntutan yang disampaikan dalam demonstrasi juga sama dengan yang disampaikan mahasiswa di Yogyakarta dalam aksi Gejayan Memanggil. Mahasiswa menyerukan penundaan pengesahan RKUHP, menolak revisi UU KPK, menolak RUU Pertanahan, Menolak RUU Pemasyarakatan, dan mendesak penangkapan pembakar hutan.

Editor: Maria Christina