BMKG Pastikan Gelombang Panas Landa Indonesia Hoaks, Masyarakat Diminta Tidak Panik
JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan isu gelombang panas yang akan melanda wilayah Indonesia adalah hoaks alias tidak benar.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono R Prabowo mengatakan, saat ini Indonesia dilanda suhu Panas, bukan gelombang panas.
Fenomena gelombang panas, kata dia, tidak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data histori, suhu maksimun di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat Celsius.
“Data BMKG menyebut suhu tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia sebesar 39,5 derajat celcius pada tahun 2015 di Kota Semarang, Provinsi Jateng,” kata R Mulyono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/10/2019).
Pernyataan itu sekaligus menanggapi pesan berantai yang beredar di berbagai platform media sosial, dan WhatshApp (WA) bahwa Indonesia akan dilanda gelombang panas.
Dia menjelaskan, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada Lintang menengah dan tinggi. Sementara wilayah Indonesia berada di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.
Menurut Mulyono, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.
“Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” ujar dia.
Pada 20 Oktober 2019 lalu, kata dia, terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 Celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 Celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 Celcius.
“Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 Celcius,” ucapnya.
Terkait dengan fenomena itu, kata dia, BMKG mengimbau masyarakat yang terdampak suhu udara panas ini untuk minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan.
Selain itu, mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla.
Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Editor: Kastolani Marzuki