get app
inews
Aa Text
Read Next : Tradisi Weh-Wehan di Kaliwungu Kendal, Lebaran Maulud yang Dinanti Warga

Culik Calon Mempelai hingga Menahan Buang Air, Ini Deretan Tradisi Unik Pernikahan di Indonesia

Senin, 10 Januari 2022 - 20:10:00 WIB
Culik Calon Mempelai hingga Menahan Buang Air, Ini Deretan Tradisi Unik Pernikahan di Indonesia
Tradisi Mappasikarawa Adat Bugis Makassar (Foto: Instagram/bugis.wedding)

JAKARTA, iNews.id - Indonesia dengan ragam suku yang tersebar di berbagai pulau memiliki beraneka tradisi unik dalam pernikahan. Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing dalam melangsungkan prosesi pernikahan. 

Tradisi pernikahan di berbagai daerah berbeda-beda dan unik. Setiap ritual yang digelar memiliki makna dan nilai filosofis yang sangat penting bagi pasangan yang akan menjalani momen sakral pernikahan. 

Berikut deretan tradisi unik pernikahan sejumlah suku di Indonesia:

1. Tradisi Maminang Suku Minang

Tradisi maminang ini dapat dijumpai di suku Minang, Sumatra Barat (Sumbar). Jika biasanya keluarga mempelai pria yang datang melamar calon mempelai wanita, adat Minang justru menerapkan hal yang berbeda. Pihak keluarga calon mempelai wanitalah yang bertindak melamar pihak pria.

Sebelum menikah, pihak wanita harus melewati tahapan maresek atau lamaran dengan datang membawa buah tangan. Selanjutnya, melakukan batimbang tando atau maminang. 

Maminang di suku Minang. (Foto: Instagram/iqbalaguswansyah)
Maminang di suku Minang. (Foto: Instagram/iqbalaguswansyah)

Pada tahap ini keluarga mempelai wanita datang kembali dengan tujuan meminang. Sama seperti maresek, saat maminang pun pihak perempuan datang membawa buah tangan dengan menambahkan sirih pinang.

Sirih disuguhkan di awal memiliki makna bahwa bila ada kekurangan atau kejanggalan dalam pertemuan tidak menjadi gunjingan, sebaliknya hal-hal manis boleh melekat dan diingat selamanya.

Selain itu, terdapat juga proses bertukar benda pusaka keris dan kain adat, serta beberapa tahapan lainnya, yakni mahanta siriah atau memohon doa restu. 

Selanjutnya, babako-babaki atau membawa beberapa barang sebagai dukungan, malam bainai atau mengoleskan daun pacar kuku, manjapuik marapulai atau menjemput pria untuk akad dan penyambutan di rumah anak daro atau mempelai wanita.

2. Tradisi Mappasikarawa Adat Bugis Makassar

Mappasikarawa merupakan tradisi pernikahan adat suku Bugis, Makassar. Tradisi Mappasikawara Adat Bugis Makassar ini dilakukan setelah mempelai pria menunaikan akad kepada wali nikah mempelai wanita.

Mappasikarawa berarti saling menyentuh sekaligus menjadi simbol bagi kedua mempelai bersentuhan untuk kali pertama sebagai suami istri.

Mappasikarawa mempertemukan kedua pengantin dengan cara membawa pengantin pria hingga pintu masuk kamar pengantin wanita yang tentunya dijaga oleh pihak keluarga. Saat berada di depan pintu, terdapat aksi tarik-menarik pintu yang dilakukan oleh kedua mempelai. 

Tradisi Mappasikarawa Suku Bugis (Foto: Instagram/ilaa.ilhami)
Tradisi Mappasikarawa Suku Bugis (Foto: Instagram/ilaa.ilhami)

Pihak suami juga akan menyerahkan seserahan seperti uang logam, uang kertas, dan gula agar dapat memasuki pintu. Dalam upacara tersebut, mempelai pria diharuskan menyentuh beberapa bagian tubuh tertentu mempelai wanita, seperti telinga, pundak, kerongkongan dan dada.

Setiap proses sentuhan memiliki makna tersendiri. Ketika menyentuh telinga artinya ada harapan kelak istri senantiasa mendengarkan perkataan suami. Menyentuh kerongkongan, simbol bahwa suami akan menjamin rezeki yang diberikan kepada keluarga adalah rezeki yang halal. 

Kemudian menyentuh pundak berarti kedua mempelai siap untuk bahu membahu membangun rumah tangga. Sementara menyentuh dada bermakna harapan agar diberikan keturunan yang saleh dan salehah.

3. Pernikahan Adat Aceh

Tradisi pernikahan yang dilakukan masyarakat Aceh mengandung beberapa unsur kekeluargaan dan penghormatan terhadap Tuhan dan sesama manusia. Terdapat tujuh rangkaian prosesi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh, antara lain:

• Jak ba tanda atau bertunangan. 

• Meugatip, sebuah prosesi pernikahan tueng dara baro atau penjemputan mempelai wanita secara adat oleh mempelai pria. 

Pernikahan adat Aceh (Foto: Instagram/ninimawar_makeup)
Pernikahan adat Aceh (Foto: Instagram/ninimawar_makeup)

• Malam inai atau malam boh gaca. Malam menjelang pesta penikahan ini terdiri atas upacara peusiejeuk atau pemberian tepung tawar calon dara baro dan peusiejeuk gaca, serta bate mupeh atau batu giling. Prosesi ini diadakan agar kedua mempelai mendapatkan kebahagiaan dan dimudahkan rezekinya. 

• Ritual koh andam, sebuah ritual pemotongan rambut halus di dahi mempelai wanita dengan tujuan agar segala hal yang kurang baik dihilangkan dan dimulai dengan kebaikan yang baru.

• Upacara memandikan calon mempelai wanita dan perawatan tubuh agar bersih secara lahir dan batin. Tahap ini dinamakan seumono dara baro. Upacara ini dilakukan oleh pemuka adat, orangtua, dan sanak keluarga dalam jumlah ganjil.

• Upacara wo linto, puncak acara yang merupakan penyambutan linto baro atau mempelai pria sekaligus mendudukkannya di pelaminan bersama dara baro atau mempelai wanita. 

• Upacara tueng dara baro, dilakukan pada hari ketujuh yang bertujuan untuk menyambut dara baro di kediaman linto baro.

4. Pernikahan Culik Suku Sasak

Masyarakat Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat memiliki tradisi nikah yang unik. Pada prosesi ini calon mempelai pria diharuskan menculik calon mempelai wanita terlebih dahulu. 

Penculikan itu pun telah direncanakan sedemikian rupa dan terdapat sanksi dari kerabat mempelai. Namun, orang tua mempelai wanita tidak boleh mengetahuinya.

Pernikahan Culik Suku Sasak (Foto: Instagram/hamdilompo)
Pernikahan Culik Suku Sasak (Foto: Instagram/hamdilompo)

Calon mempelai pria akan membawa calon mempelai wanita ke lokasi tertentu untuk berbicara satu sama lain, di bawah pengawasan anggota keluarga. 

Setelah itu, keduanya akan dinikahkan dan menjalani beberapa adat, yakni mesajati, mbait wali, nyongkolan. Proses tersebut berlangsung hingga tiga hari.

Dalam prosesi mesajati, keluarga pria datang ke pihak wanita dan membicarakan segala kebutuhan yang akan diperlukan dalam perkawinan. Sedangkan dalam proses mbait wali lebih banyak membicarakan uang pisuka atau jaminan dan mahar. 

Setelah itu, baru dilangsungkan pernikahan dengan cara Islam lewat ijab qabul. Proses akhir, yakni nyongkola. Kedua mempelai digiring menuju rumah orang tua mempelai wanita dan akan menempati rumah kecil yang disebut bale kodong.

5. Tradisi Menahan Buang Air Suku Tidung

Bagi masyarakat Suku Tidung, Kalimantan Utara, yang melangsungkan pernikahan, pantang untuk membuang air selama tiga hari tiga malam setelah hari H. Tradisi tersebut diyakini akan memberikan kehidupan bahagia, dikaruniai anak serta rezeki yang berlimpah.

Tak hanya menahan untuk buang air, ternyata calon mempelai pria tidak diperbolehkan terlambat saat menghadiri pernikahan. Pasalnya, jika terlambat, maka mempelai pria akan dikenakan denda berupa perhiasan. 

Selain itu, dalam adat pernikahan di Suku Tidung, mempelai pria tidak diperbolehkan melihat wajah mempelai wanita. Untuk melihat wajah calon istri, mempelai pria harus selesai menyanyikan beberapa lagu cinta terlebih dahulu. Oleh karena itu, mempelai pria diharuskan fasih bernyanyi.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut