Dampak Kenaikan Kedelai, Perajin Tahu Tempe di Pekalongan Alih Profesi Akibat Merugi
PEKALONGAN, iNews.id – Naiknya harga kedelai membuat para perajin tahu tempe di Kabupaten Pekalongan kelimpungan. Mereka memperkecil ukuran produksi agar tetap bisa bertahan, hingga alih profesi pekerjaan.
Kondisi kampung tahu di Desa Babalan Lor, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan kini tidak seramai dulu. Harga kedelai yang naik Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram membuat usaha kecil di daerah ini terpuruk.
Kini hanya beberapa rumah yang bertahan membuat tahu dan tempe. Itu pun hanya produksi setengah setelah beberapa bulan terakhir harga kedelai terus naik. Belum ada tanda-tanda harga kedelai impor bakal menurun.
Pengurus paguyuban kampung tahu, Siswandi menjelaskan, hanya tersisa tujuh perajin tahu dan tempe di desanya. Padahal sebelumnya mencapai 50 orang. Mereka beralih profesi setelah harga kedelai tinggi.
“Mereka beralih pekerjaan, seperti kuli bangunan, buruh batik atau kerja luar kota. Usaha tahu tempe banyak ditinggalkan karena selalu rugi,” kata Siswandi, Senin (21/2/2022).
Sementara itu, perajin tahu tempe yang tersisa harus mengurangi ukuran agar tetap bertahan. Kedelai yang biasanya 1 kilogram menjadi 10 bungkus, kini harus dibuat agar bisa jadi 12 bungkus.
“Harga per bungkus masih Rp2.000 dan belum berani dinaikkan karena takut ditinggal pembeli,” kata perajin tahu tempe, Makin.
Demikian halnya dengan perajin tahu, kenaikan harga kedelai dari semula Rp8.000 per kilogram merupakan kenaikan tertinggi. Agar tetap bisa untung, mereka harus memperkecil ukuran tahu pada tiap papan.
Setiap papan yang biasanya berisi 80 tahu, kini ukurannya diperkecil agar bisa jadi 90 tahu. Mereka juga tidak berani menaikkan harga tahu karena takut pembeli kabur.
Editor: Ary Wahyu Wibowo