Di Desa Ini, Warga Rayakan Natal Diapit Masjid dan Klenteng

GROBOGAN, iNews.id - Suasana damai dan tenteram mewarnai misa Natal di dalam Gereja Pantekosta Hosana, yang terletak di Desa Gubug, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (25/12/2017).Sekilas tak ada yang istimewa dari perayaan Natal di gereja ini. Yang membuatnya terasa spesial yakni gereja ini diapit oleh masjid dan klenteng. Umat Muslim dan Tionghoa di sana pun menghormati prosesi Natal dengan saling menjaga keamanan dan kenyamanan jemaat yang sedang menjalani prosesi misa Natal.
Praktik toleransi dari tiga kelompok umat beragama yakni, Islam, Kristen dan Tionghoa di Desa Gubug ini, terlihat sangat harmonis dan terjaga. Senin pagi, puluhan jemaat di dalam Gereja Pantekosta Hosana nampak khusyuk mengikuti misa natal. Sementara itu di depan gereja berdiri masjid yang biasa digunakan umat Muslim untuk beribadah. Sementara lima belas meter dari samping gereja terdapat klenteng umat Tionghoa.
Toleransi antarumat beragama memang dipraktikkan betul oleh seluruh masyarakat Desa Gubug. Umat muslim dan Tionghoa menghormati suasana Natal dengan menjaga kondusivitas dan keamanan desa. Untuk sementara pintu masjid yang berhadap-hadapan dengan gereja ditutup. Sementara itu, aktivitas ibadah di klenteng juga berhenti sementara.
Ngatinah, pengurus klenteng yang juga warga Desa Gubug, mengaku tidak pernah ada permasalahan setiap ada kegiatan hari raya masing-masing agama. Bahkan, masing-masing jemaat rumah ibadah kerap kali saling mengunjungi saat perayaan hari-hari besar keagamaan.
Menurut Ngatinah, setiap ada kegiatan di klenteng, semua warga diundang untuk bisa hadir. Bahkan warga pun dengan suka rela menghadiri undangan tersebut, dengan tujuan agar terjalin suasana tenteram dan kondusif di tengah kampung.
“Sekarang di gereja yang rame-rame (ada acara keagamaan). Nanti di sini rame-rame sekitar bulan dua. Kalau di sini rame-rame mereka ya datang ke sini. Kalau di sana lagi rame-rame ya kami datang ke sana,” ucapnya.
Pendeta Gereja Pantekosta Hosana Gubug, Herly W Nur menjelaskan, selama 38 tahun hidup di tengah perkampungan tidak pernah ada permasalahan atau konflik antaragama. Umat muslim dan Tionghoa yang ada di sekitarnya selalu memberikan rasa nyaman dengan menjaga gereja selama kegiatan Natal berlangsung.
“Di sini terdapat dua masjid, tiga gereja dan satu klenteng yang jaraknya sangat berdekatan. Kami di sini selalu hidup rukun. Kami di sini sudah 38 tahun dan tidak pernah ada masalah. Kami bersyukur bisa berada di tengah-tengah masyarakat dan terlibat banyak hal dengan masyarakat sekitar sini,” ujar Herly.
Keharmonisan dan kerukunan yang dipraktikkan oleh warga Desa Gubug tentunya layak dicontoh. Upaya warga dalam menjaga toleransi kerukunan antarumat beragama menjadi cerminan kebhinekaan yang menjadi warna bagi kehidupan berbangsa. Herly berharap, kerukunan antarumat beragama yang terbangun di Desa Gubug bisa terus terjaga dan semakin harmonis ke depannya.
Editor: Kastolani Marzuki