get app
inews
Aa Text
Read Next : Pusat Gempa Terkini 2 Menit yang Lalu 2 Kali Guncang Gayo Lues, Cek Magnitudonya

Dieng Kembali Membeku, Suhu Minus 3 Derajat Celsius

Kamis, 27 Juli 2023 - 12:24:00 WIB
Dieng Kembali Membeku, Suhu Minus 3 Derajat Celsius
Tanaman di dataran tinggi Dieng diselimuti embus es, Kamis (27/7/2023) pagi. (foto IG @mountnesia)

BANJARNEGARA, iNews.id Dataran Tinggi Dieng di wilayah perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, kembali membeku, Kamis (27/7/2023) pagi. Suhu permukaan di Dieng mencapai minus 3 derajat celsius.

Informasi Dieng kembali membeku itu disampaikan akun Instagram @mountnesia. “Pagi tadi, Dieng Membeku! suhu minus 3,5'C, Kamis, 27 Juli 2023. Di bascamp prau suhunya 3°, di dieng embun beku jadi es dan di puncak gunung prau pastinya lebih dingin lagi, karena estimasinya setiap kenaikan 100mdpl suhu udara akan turun kisaran 0,6° Jadi selisih basecamp sama sunrise camp -+550mdpl dan dapat di pastikan suhu di gunung prau -°,” tulis akun tersebut.

“Dieng telah Membeku ke-7 kalinya di Tahun 2023. Liat tuh... Airnya di wadah sampai jadi es. Dieng Musim Dingin sudah menanti nih di kunjungi, rasakan sejuknya Dataran Tinggi Dieng. Embun es 2 hari berturut-turut,” tulisnya.

Sebagai informasi, pada bulan Juni sampai Agustus atau saat memasuki musim kemarau di dataran tinggi Dieng selalu muncul fenomena embun beku atau dikenal dengan sebutan embun upas.

Secara meteorologi, fenomena tersebut dikenal frost, terutama terjadi di dataran tinggi Dieng, yang masuk di perbatasan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut ini berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer. Embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan. Alih-alih embun beku, masyarakat lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas.

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno, secara klimatologis, embun upas bisa terjadi karena disebabkan tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah). 

Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.

“Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara,” kata Sutikno.

“Hal tersebut karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari. Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit bebas dari tutupan awan,” jelasnya. 

Namun demikian menurutnya, fenomena ini bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi di musim kemarau pada bulan Juni sampai September.

“Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai bulan Juni dan puncaknya di bulan Agustus,” ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut