Doa Niat Puasa Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya, Dibaca saat Sahur
JAKARTA, iNews.id - Doa Niat Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun puasa yang bisa dibaca saat santap sahur. Setiap ibadah pastilah mempunya rukun yang menjadi batasan sah atau tidak sah-nya ibadah tersebut. Begitu juga puasa. Ibadah ini juga punya rukun yang menjadi tolok ukur apakah ibadah puasa sah atau tidak.
Ahmad Zarkasih dalam bukunya Bekal Ramadhan menjelaskan, niat puasa itu punya syarat-syaratnya. Dalam alMausu’ah al-Fiqhiyah Kuwait (28/21), syarat niat puasa yang disepakati para ulama madzhab itu ada 4 yaitu, Jazm (Yakin), Ta’yiin (Ditentukan), Tabyiit (Pengukuhan), dan Tajdid (Diperbaharui).
Jumhur ulama dari kalangan al-Hanafiyah, Syafi’iyyah dan al-Hanabilah sepakat bahwa yang namanya niat Ramadhan itu harus di-update di setiap malam Ramadhan. Tidak cukup hanya niat di awal bulan saja, mesti setiap malam.
Mustasyar PBNU Dr KH Zakky Mubarak dikutip dari laman dakwahnu.id menjelaskan, niat melaksanakan ibadah puasa, waktunya pada malam hari, sejak waktu Maghrib sampai waktu fajar. Keharusan niat dalam setiap ibadah termasuk ibadah puasa berdasarkan firman Allah SWT:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
“Dan tidakkah mereka diperintahkan, kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas semata-mata karena (menjalankan) agama dengan lurus…”. (QS. al-Bayyinah, 98:5).
مَنْ لَمْ يُجْمِ عْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Siapa yang tidak membulatkan niat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah puasanya)”. (Hadis Shahih, riwayat Abu Dawud: 2098 al-Tirmidzi: 662, dan al-Nasa’i: 2293).
Jumhur ulama sepakat bahwa niat untuk berpuasa fardhu harus sudah terpasang sejak sebelum memulai puasa. Dan puasa wajib itu tidak sah bila tidak berniat sebelum waktu fajar itu.
Dalam fiqih, hal seperti itu diistilahkan dengan tabyit an-niyah (تبييت النية ), yaitu memabitkan niat. Maksudnya, niat itu harus sudah terpasang sejak semalam, batas paling akhirnya ketika fajar shubuh hampir terbit.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوعِ الفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
Dari Hafshah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. Tirmidzy, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).
Namun para ulama sepakat bahwa ketentuan untuk berniat sejak sebelum terbitnya fajar hanya berlaku untuk puasa yang hukumnya fardhu, seperti puasa Ramadhan. Lantas, bagaimana niat puasa yang benar?
نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ
Latin: Nawaitu shouma ghodin 'an adaain fardhi syahri romadhoona haadzihissanati lillahi ta'aala
Artinya: Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah SWT.”
Lafadz niat tersebut dibuat Imam al-Rafi’i al-Quzwaini (w. 623 H) dari kalangan al-Syafi’iyyah. Beliau menuliskan redaksi niat tersebut dalam kitabnya Fathul-‘Aziz bi Syarhi alWajiz atau biasa yang disebut denagn istilah alSyarhu al-Kabir li al-Rafi’iy (6/293) sebagai implementasi atas syarat-syarat niat tersebut guna memudahkan bagi para muslim ketika ingin berniat puasa Ramadhan.
Redaksi Niat tersebut kembali ditulis ulang oleh Imam al-Nawawi dalam kitabnya Raudhah al-Thalibin yang akhirnya menjadi familiar dan banyak diamalkan kebanyakan muslim.
Editor: Kastolani Marzuki