Forum Dekan AIPKI Gelar Pertemuan di Solo, Ini Topik Kesehatan yang Dibahas
                
            
                SOLO, iNews.id – Sejumlah topik dibahas dalam pertemuan Forum Dekan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) di Kota Solo. Kegiatan yang berlangsung tiga hari mulai Jumat (27/1/2023) hari ini, diikuti 92 Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia.
FK Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menjadi tuan rumah dalam pertemuan. Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilakukan enam bulan sekali. Tema yang diusung dalam forum ini, yaitu peran AIPKI dalam menjaga kualitas lulusan pendidikan kedokteran melalui Academic Health System (AHS).
                                    “Topik acaranya akan membahas mengenai kebutuhan dokter, isu-isu kekurangan dokter terutama spesialis. Jadi kami nanti akan bersuara secara resmi tentang sudut pandang dan pernyataan AIPKI yang ditujukan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes),” kata Dekan FK UNS, Prof Reviono.
Selain akan dihadiri perwakilan Kemendikbudristek, ada juga praktisi pendidikan dari Inggris dan Jerman, dan ada ahli hukum yang menyoroti Omnibus Law UU Kesehatan.
                                    Prof Reviono menjelaskan, acara inti yang berlangsung di Hotel Sunan akan terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama dan kedua dapat dihadiri oleh umum. Sedangkan sesi ketiga diperuntukkan bagi internal AIPKI.
                                    Ketua AIPKI Prof Budi Santoso menyebut, salah satu topik hangat yang akan dibahas adalah kebijakan Kemenkes yang memiliki wacana untuk memiliki program pendidikan spesialis berbasis Rumah Sakit (RS).
“Jadi, diwacanakan akan ada pendidikan spesialis yang dikelola oleh universitas dan rumah sakit. Artinya, dalam mewujudkan hal tersebut, para rumah sakit harus mengubah regulasi karena dalam UU tentang Pendidikan Kedokteran Tahun 2013, pelaksanaan pendidikan spesialis harus ada di institusi pendidikan,” kata Budi Santoso.
                                    Dia berharap melalui forum ini dapat menghasilkan rekomendasi bagi pemerintah dalam menyikapi pemenuhan dokter spesialis.
“Kami juga berharap agar pemerintah hadir karena problem saat ini, dokter spesialis ngumpul di kota-kota besar, distribusinya belum merata. Jadi, harapannya dengan jumlah yang kurang tetapi distribusi merata para lulusan-lulusan spesialis bisa melayani seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo