Kisah Bayi di Brebes Bernama Dinas Komunikasi Informatika Statistik, Berawal dari Nazar

BREBES, iNews.id – Bayi bernama Dinas Komunikasi Informatika Statistik asal Dukuhturi, Bumiayu, Kabupaten Brebes viral di media sosial. Bayi laki-laki yang lahir pada 23 Desember 2020 lalu dari pasangan Slamet Wahyudi dan Ririn Linda Tunggal Sari (33) ini menjadi perbincangan warganet dalam beberapa hari terakhir.
Ada cerita di balik nama yang disematkan kedua orang tua bayi tersebut.
“Nama panggilan anak saya ini Dinko, kalau nama panjangnya Dinas Komunikasi Informatika Statistik. Anak ini lahir pukul 23.00 pada 23 Desember 2020 lalu," kata ayah bayi, Slamet Wahyudi (38) ditemui di rumahnya, Rabu (7/4/2021).
Dia mengaku sengaja memberi nama bayinya dengan nama kantor tempatnya bekerja sebagai bentuk kebanggaan.
Wahyudi merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Brebes. Saat itu Wahyudi mengaku memiliki nazar atau janji.
Dalam nazarnya, dia mengaku jika Allah SWT memberikan karunia seorang anak laki-laki akan diberi nama sama dengan tempat kerjanya.
"Saya memberi nama anak ini sebagai penghargaan untuk tempat kerja saya. Alhamdulilah istri saya juga tidak keberatan dengan nama ini meski kedengarannya aneh," kata Wahyudi, Rabu (7/4/2021).
Wahyudi mengatakan, sejak tahun 2003 lalu sudah mengabdi di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Pemkab Brebes.
Awal mengabdi, dia menjadi tenaga honorer sebagai penyiar radio. Kemudian, di tahun 2009 ia akhirnya resmi diangkat sebagai ASN di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik.
Saat ini Wahyudi bertugas di Bagian Kustodian Pengurus Barang di dinas tersebut.
"Alasan saya memberi anak ini selain nazar juga karena berkaitan dengan perjuangan hidup saya di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik. Di dinas ini saya mulai bekerja sebagai honorer hingga diangkat menjadi ASN. Di dinas ini, sumber kehidupan keluarga saya ini," kata Wahyudi.
Menurut dia, pada awalnya nenek dan kakek bayi sempat mempertanyakan pemberian nama tersebut. Namun setelah dijelaskan mereka pun akhirnya memahaminya.
"Awalnya hanya orang tua yang agak keberatan, tapi setelah tahu alasannya tidak mempersalahkan dan mengizinkan," ujarnya.
Dia menyadari jika nama anaknya itu memang tidak lazim dengan nama anak pada umumnya. Namun dia meyakini ketika besar dan bergaul dengan teman-teman seusianya, anaknya akan terbiasa menyandang namanya tersebut.
Wahyuydi berharap anaknya tersebut kelak bisa menjadi anak yang saleh, berbakti kepada orang tua dan bermanfaat bagi agama serta negara.
Editor: Kastolani Marzuki