get app
inews
Aa Text
Read Next : Bareskrim Bongkar Pengoplosan Gas Elpiji di Sukoharjo, Kerugian Negara Capai Rp5,4 Miliar

Kisah Heroik Serka Pardal, Eks Prajurit Kopassus Pernah Lumpuhkan Pimpinan GAM

Rabu, 10 November 2021 - 13:20:00 WIB
Kisah Heroik Serka Pardal, Eks Prajurit Kopassus Pernah Lumpuhkan Pimpinan GAM
Serka Pardal, anggota Penerangan Kodim 0735 Surakarta pernah menyergap markas GAM dan melumpuhkan salah satu pimpinannya. (foto: IST)

SOLO, iNews.id - Siapa sangka prajurit TNI AD yang memiliki nama hanya satu kata ini ternyata memiliki kemampuan yang mumpuni dengan segudang prestasi. Dia adalah Serka Pardal, anggota Penerangan Kodim 0735 Surakarta.

Nama Pardal yang hanya terdiri enam huruf itu ternyata merupakan kepanjangan dari prajurit andal. Sesuai kepanjangan namanya, Pardal memang merupakan sosok prajurit yang andal, khususnya dalam urusan menembak.

Hal itu tak lepas karena Pardal pernah bergabung dalam pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia pernah bertugas di Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo dengan spesifikasi prajurit petembak.

Semasa bertugas di Grup 2 Kopassus, berbagai tugas operasi pernah dia lakoni. Seperti bertugas dalam operasi militer di Ambon, Aceh dan pengamanan perbatasan Republik Indonesia (RI) – Papua Nugini (PNG).  

“Saat di Kopassus pernah bertugas di operasi militer Ambon sebanyak dua kali, saat itu operasi gabungan. Jadi ada Kopassus, Marinir dan Paskhas tahun 2000 hingga 2001 dan 2002 hingga 2003. Lalu di Aceh tahun 2003-2004 dan 2005-2006 itu saat tsunami Aceh.” ujar Pardal.

Pria kelahiran Sukoharjo, 20 Januari 1978 ini mengatakan bahwa penugasan di Aceh merupakan yang paling berkesan baginya. Saat itu dia bersama rekan-rekannya dari korps Baret Merah melakukan penyergapan ke markas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang posisinya berada di tengah belantara hutan.

“Yang paling berkesan saat saya melaksanakan operasi tempur di Aceh, dimana saat itu berhadapan langsung dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) namanya Inspektur Ali. Itu kita melakukan penyergapan, jalan dari habis Magrib malam sampe pagi hari. Dari jarak 100 meter kita merayap mendekati sasaran,” ujarnya.

Menurutnya, saat penyergapan itulah dirinya berhasil melumpuhkan salah satu pimpinan GAM bernama inspektur Ali yang saat disergap sedang bersama anak buahnya.

“Dari mulai mendekati sasaran itu kita sangat menjaga kerahasiaan. Sampe sasaran jam “J” atau waktu penyergapan, kita serang. lalu orang tersebut saya yang nembak. Kebetulan saya punya kemampuan nembak tersendiri. Padahal sasaran tersebut tidak diam, dia manuver,” katanya.

Selain penugasan di daerah operasi militer, suami dari Eri Wijayanti juga pernah mengenyam penugasan di luar negeri. Pada tahun 2013 Pardal mengemban tugas untuk melatih Tim Rifle Brunei Darussalam.

“Waktu itu ada lima orang pelatih, kalau dari Kopassus saya sendiri. Dari satuan lain ada, dari Kostrad ada dan satu lagi dari psikologi dari Bandung," kata ayah dari Anastasya Caba Erfariyanti  ini.

Pardal  bersama tim pelatih menggembleng tim yang akan diterjunkan dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) tersebut. “Saya masuk kualifikasi utama. Yang pertama yaitu utama, madya dan pratama, itu klasifikasi keterampilan menembak di Kopassus, dan saya masuk tingkat utama,” ujar Pardal.

Dia mengatakan, bukan hal mudah untuk melatih anggota militer yang memiliki karakter dan metode pelatihan yang berbeda. Pada awal pertemuan, dia melihat posisi menembak sejumlah anggota Tim Rifle tidak kokoh dan juga motivasi yang kurang. Karena itu, tembakan mereka tidak tepat pada target.

“Bagi mereka menembak hanya sebuah perintah dari satuan atas. Mungkin mereka yang penting datang ke lapangan, ambil senjata lalu nembak, tanpa adanya jadwal atau pembenahan yang jelas," ujarnya.

Tim pelatih dari Indonesia pun segera mengambil tindakan dengan menanamkan pemahaman baru dan metode latihan yang baru. Karena metode latihan yang dilakukan sebelumnya tidak menghasilkan kualitas hasil yang baik.  

“Jadi kita atur jadwal mulai dari bangun pagi, kegiatan latihan, sampai sore hari, pulang. Pagi kita pembinaan fisik, siang materi menembak. Kita tanamkan program yang belum pernah mereka lakukan,” ujarnya.

Pelatihan yang digeber tim pelatih dari TNI ini membuahkan hasil yang membanggakan. ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) pada 2013 tersebut membawa tim Brunei Darussalam menduduki peringkat keempat di bawah Indonesia, Thailand dan Filipina. Hal ini menjadi prestasi yang cemerlang di mana para pelatih dari TNI berhasil membawa Brunei melampaui target yang ditetapkan.

“Target dari Brunei sendiri pada saat AARM ke- 23 di Myanmar masuk 5 besar dari 10 negara peserta. Sebelumnya selalu mendapat nomor 7, 8 atau peringkat akhir. Dan pada saat pertandingan di Myanmar kontigen Brunei berhasil meraih 4 besar, di bawah Indonesia, Thailand dan Filipina. Jadi berhasil mengalahkan Malaysia dan Singapura, yang sebelum-sebelumnya selalu di atas Brunei,” katanya.

Kejuaraan satu ini memang menjadi ajang bergengsi untuk menunjukkan kehebatan masing-masing prajurit tentara di  negara ASEAN. Sertu Pardal menerapkan latihan yang begitu menyeramkan menurut versi tentara Brunei Darussalam.

Pelatihan yang diterapkan oleh Serka Pardal ternyata di luar batas kemampuan dari tentara Brunei Darussalam,. Bahkan tentara negeri penghasil minyak tersebut banyak di antaranya yang pingsan mengikuti kerasnya pelatihan yang dilakukan Pardal.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut