Kisah Nabi Syuaib AS dengan Kaum Madyan yang Suka Mengurangi Timbangan
JAKARTA, iNews.id - Kisah Nabi Syuaib alaihi salam (AS) merupakan utusan Allah untuk menyeru kepada kaumnya di Kota Madyan (Yordania) untuk beriman kepada Allah SWT.
Kaum Madyan ini dikenal penyembah berhala dan suka mengurangi timbangan, serta menumpuk harta. Mereka juga bebal dengan peringatan yang diberikan para nabi terdahulu. Kisah Nabi Syuaib ini diabadikan dalam Alquran, surat Hud ayat 84-95.
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗوَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ بِخَيْرٍ وَّاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيْطٍ
Artinya: "Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syu’aib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagi kalian selain Dia. Dan janganlah kalian kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kalian dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kalian akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
Dalam ayat tersebut, Allah Swt menyebutkan, "Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada penduduk kota Madyan yang penghuninya terdiri atas suatu kabilah dari kalangan bangsa Arab. Mereka tinggal di kawasan antara Hijaz dan Syam, dekat dengan Maan, suatu kota yang dikenal dengan nama mereka; kota tersebut dijuluki dengan sebutan kota Madyan."
Allah mengutus Nabi Syuaib kepada mereka. Nabi Syuaib berasal dari keturunan orang yang terhormat di kalangan mereka.
Nabi Syuaib memerintahkan mereka untuk menyembah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Nabi Syuaib pun melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan mereka.
Dan (Syuaib) berkata.”Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kalian merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kalian membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kalian jika kalian orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kalian.”
Pada mulanya Nabi Syuaib melarang mereka melakukan perbuatan mengurangi takaran dan timbangan bila mereka memberikan hak orang lain. Kemudian Nabi Syuaib memerintahkan mereka agar mencukupkan takaran dan timbangan secara adil, baik di saat mereka mengambil ataupun memberi.
Nabi Syuaib juga melarang mereka bersikap angkara murka di muka bumi dengan menimbulkan kerusakan. Mereka gemar merampok orang-orang yang melewati tempat tinggal mereka dan membegalnya.
Namun, ajak Nabi Syuaib itu ditentang kaumnya. Mereka berkata, "Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal."
Mereka menjawab Syuaib dengan nada memperolok-olok. Syuaib lalu berkata, "Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintahNya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
Nabi Syuaib melanjutkan ajakan kepada kaumnya:
"Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kalian) menyebabkan kalian menjadi jahat. (Hud: 89)
Maksudnya, janganlah sikap antipati dan kebencianku kepada kalian sampai menyebabkan kalian makin berlanjut dalam mengerjakan kekufuran dan kerusakan yang biasa kalian lakukan itu, akibatnya kalian akan tertimpa azab seperti yang telah menimpa kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh, dan kaum Lut.
Mereka berkata, "Hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu, tentulah kami telah merajam kamu, sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”
Syu’aib menjawab, "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah, sedangkan Allah kalian jadikan sesuatu yang terbuang di belakang kalian? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kalian kerjakan.”
Ketika Nabi Syuaib merasa putus asa akan sambutan kaumnya kepada seruannya, maka ia berkata kepada mereka: "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuan kalian, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.” (Hud: 93)
Kaum Madyan yang menolak ajakan untuk beriman kemudian dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaan bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud telah binasa.
Ketika datang azab, Allah menyelamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat Allah.
Di dalam surat Al-Araf disebutkan gempa yang dahsyat, sedangkan di dalam surat Asy-Syuara disebutkan azab pada hari mereka dinaungi oleh awan. Mereka adalah suatu umat yang berkumpul di hari mereka diazab, sehingga semuanya menerima pembalasan dari Allah.
"Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud telah binasa. (Hud: 95).
Tempat tinggal orang-orang Madyan bertetangga-dengan orang-orang Samud, mereka serupa dalam hal kekufuran dan suka membegal (merampok); kedua-duanya adalah bangsa Arab.
Wallahu A'lam Bish Showab.
(Sumber: Tafsir Ibnu Katsir)
Editor: Kastolani Marzuki