Kisah Oktaviany, Dari Jualan Nasi Bungkus Rp5.000 Kini Sukses Bisnis Ayam Oven Beromzet Jutaan
SEMARANG, iNews.id - Oktaviany Wahyunita (32), ibu satu anak ini harus jatuh bangun merintis usaha ayam oven rempah. Sempat terpuruk dihantam berbagai permasalahan dan pandemi, kini kembali bangkit secara perlahan.
Baru sebulan ini, Okta-panggilan akrabnya, kembali berjualan ayam oven di sebuah supermarket di kawasan Karangrejo Banyumanik, Kota Semarang. Sebelumnya, dia sempat berhenti berjualan Ayam O (akronim nama Oktaviany), karena ayah kandung dan suaminya meninggal pada April 2023.
“Pada 17 April bapak saya meninggal. Sebelumnya sudah sakit-sakitan. Suami sakit bapak saya sakit. Jadi bolak-balik sama anak. Pada 21 April suami saya meninggal,” ungkap Okta, Minggu (17/9).
Dia mengungkapkan kondisi saat itu menjadi masa-masa terpuruk dalam menjalankan usahanya. Saat itu dia menghentikan sementara penjualan ayam oven.
“Setelah bapak meninggal, saya berhenti enggak jualan. Baru setelah 100 harinya, saya jualan lagi. Jadi saya mulai jualan pada bulan Agustus kemarin. Semenjak itu per hari minimal 5-10 ekor terjual. Untuk satu ekornya dijual Rp85.000,” sebutnya.
Usaha berjualan Ayam O yang dirintisnya dilalui penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Namun pengalaman bekerja di berbagai bidang seakan telah menempanya menghadapi masa-masa sulit.
Okta menceritakan sebelum menekuni usaha ayam oven rempah, dirinya sempat bekerja sebagai penulis lepas, editor video hingga fotografer.
“Pada tahun 2008 saya pernah menjadi penulis lepas, koordinator liputan sebuah majalah. Kemudian tahun 2009 editor video wedding. Pada 2010 pernah bekerja di Dreamlight World Media Ungaran hingga tahun 2015,” ujar perempuan kelahiran 15 Oktober 1990 ini.
Dalam perjalanan waktu, dia sempat berhenti bekerja usai menikah dan mempunyai anak. Bahkan cobaan berat dialaminya ketika sang suami (almarhum) menjadi korban penipuan.
“Suami waktu itu di rumah sempat mengalami penipuan saham. Semua uang habis ludes. Kerugian uang pribadi (suami) Rp500 juta, kalau ditotal kerugian bersama keluarga sebesar Rp1,2 miliar,” kata Okta.
Agar roda perekonomian terus berputar, Oktavia sempat berjualan nasi bungkus di pinggir jalan. “ Ketika itu (2017) saya berusaha jual nasi bungkus di pinggir jalan Rp5.000. Pada 2018, berusaha jualan nasi kucing (angkringan) tapi enggak jalan,” ujarnya.
Okta yang sempat tinggal di rumah mertua pada 2017 memutuskan kontrak rumah pada tahun 2018. Namun pada 2019 dia pindah kontrak lagi di daerah Gedawang, Banyumanik, Semarang.
Nah, saat itu dia mulai merintis usaha ayam oven. Ketika itu baru 1-2 ekor terjual dalam sehari. “Saat itu (sebelum pandemi) pertengahan 2019 saya jual ayam oven ke tetangga sekitar maupun lewat online. Pada bulan puasa sempat ramai pesanan. Saya itu harganya Rp55.00 per ekor,” kata Okta.
“Sempat pernah ada orang pesan 55 ekor sehari, ketika diberikan uang cash, selesai belanja bahan baku uangnya (dompet) hilang, jadi cuma kerja bakti dapat uang 2,5 juta,” katanya.
Pada tahun 2022 Oktavia kemudian mengikuti pelatihan yang diinisiasi Balai Pelatihan Koperasi (Balatkop) dan UKM Provinsi Jateng.
“Waktu pelatihan di Salatiga, saya cuma ada uang Rp400.000. Oleh mentor disuruh beli ayam semua. Kemudian saya pulang. dalam 2 bulan saya bisa beli laptop seharga Rp2,5 juta,” ujarnya.

Dia mengungkapkan alasan dirinya memilih usaha ayam oven berawal karena memenuhi keinginan sang suami yang saat itu ingin menikmati rooster ayam.
“Awalnya almarhum suami dulu kangen bikin rooster chicken, terus saya ngarang-ngarang masak kok enak, kemudian ditawarkan ke orang-orang juga suka, akhirnya sampai sekarang bikin ayam oven,” ungkapnya.
Kini, Okta telah memantapkan diri untuk menjalankan usaha pembuatan ayam oven rempah. Dengan modal hasil pelatihan di Balatkop UKM Jateng, dia mulai menata manajemen penjualan maupun pemasaran.
“Sebelumnya (ikut pelatihan di Balatkop) kan enggak tahu cara mengelola uang. Setelah ikut pelatihan sedikit-sedikit tahu manajemen,” ujar Okta.
“Jadi kalau membuat bisnis itu tetap harus punya ilmunya. Karena usaha-usaha sebelumnya sebelum gagal, sebelum latihan enggak ada uang yang nyantol ,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni