Kisah Pangeran Sambernyawa, Ketajaman Batin dan Kesaktiannya Ditakuti Tentara Belanda
SOLO, iNews.id - Pangeran Sambernyawa memiliki kepandaian dan kesaktian yang ditakuti musuh-musuhnya. Sebagai salah satu keturunan bangsawan dari Keraton Kartasura, sejak usia belia Pangeran Sambernyawa sudah digembleng dengan beragam ilmu kanuragan.
Raden Mas Said lahir di Keraton Kartasura pada7 April 1725, putra dari Pangeran Mangkunegara Kendang (putra sulung Amangkurat IV) dan R Ay Wulan, puteri Pangeran Blitar. Sedangkan kakeknya adalah Sinuwun Amangkurat IV.
Nama R.M Sahid sendiri merupakan pemberian dari neneknya sebelum wafat, yang artinya bahwa Sri Sunan masih bisa 'menangi' (melihat) kelahiran cucunya sebelum wafat.
Sejak usia remaja RM Said adalah sosok yang tangguh, kuat dan memiliki bakat berperang. Sebab itulah ketika usianya menginjak 15 tahun sudah diangkat menjadi mantri oleh PB II dan diberi anugerah gelar Pangeran Suryokusumo.
Saat terjadi pemberontakan kaum pedagang Cina di Keraton Kartasura yang lebih dikenal dengan 'geger pecinan' Raden Mas Said berhasil menumpasnya.
Pangeran Sambernyawa memiliki ketajaman batin yang sangat tinggi. Sering tirakat dan juga lelaku untuk mendapatkan ilmu kesaktian. Kesaktiannya banyak ditakuti oleh musuh-musuhnya.
Bahkan konon Sambernyawa yang memiliki kesaktian supranatural tinggi memiliki ilmu aji sirep dan panglimunan atau ilmu menghilang. Kemudian ada juga Aji Jayakawijayan milik Sambernyawa tentu saja, bukan ajian sembarangan
Bahkan pasukan khusus Pangeran Sambernyawa juga digembleng di Sapto Tirto Pableman yang saat ini masuk di wilayah Matesih, Kabupaten Karanganyar.
Di lokasi itulah, Pangeran Sambernyawa menjadikannya kawah Candradimukanya para prajurit Sambernyawa.
Selain itu ada juga tempat lokasi pertapaan ketika Pangeran Sambernyawa ketika menerima wangsit yang untuk mengobarkan semangat bertempur melawan Belanda berupa sendang (sumber air) yang sampai kini dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah, terutama setiap malam Selasa dan Jumat.
Ada juga monumen batu gilang di Nglaroh yang diyakini sebagai lokasi kali pertama Pangeran Sambernyawa mengatur siasat perang gerilya yang populer disebut Perang Sambernyawa.
Dalam memerintah Pangeran Sambernyawa ialah yang disebut Tridharma waktu berjuang melawan VOC atau Belanda. Dengan ajarannya kepada pengikutnya dalam membela negara semuanya harus seluruh bangsa hendaknya rumangsa melu handarbeni (merasa memiliki), wajib melu hangrungkebi (merasa ikut membela) dan mulat sarira hangrasa wani atau mawas diri.
Strategi perang gerilya di dapatnya saat menyantap bubur bekatul panas yang dihidangkan warga di perkampungan kecil di daerah Rembang di mana Pangeran Sambernyawa singgah untuk istirahat bersama pasukannya.
Ketika akan menyantap jenang katul yang masih sangat panas, sang pemilik rumah menyarankan agar jangan memakan langsung dari tengah. Namun diawali dari pinggir memutar baru pas di tengah akan dingin.
Pangeran Sambernyawa merenung mendengar ucapan sang pemilik rumah. Tak lama kemudian saran dari pemilik rumah itupun dijadikan taktik perangnya. Di mana Pangeran Sambernyawa tak langsung menyerang ke pusat kekuatan VOC, namun dirinya menyerang pasukan kompeni dari arah pinggir seperti saat dirinya tengah makan bubur.
Strategi itupun berhasil, Raden Mas Said berhasil menebas kepala kapten Van der Pol dengan tangan kirinya. Padahal sebelumnya pasukan kompeni ini telah mengepungnya terlebih dahulu dari segara penjuru Kota Rembang.
Belanda sangat mengakui kehebatan Raden Mas Said, baik kesaktian, maupun strategi perangnya. Sampai akhirnya VOC menyebutnya Pangeran Sambernyawa karena musuhnya termasuk Kompeni sendiri menganggapnya sebagai penyebar maut.
Editor: Ahmad Antoni