Kisah Pilu Janda Miskin di Pemalang, Rawat Anak Autis hingga Dikucilkan Tetangga

PEMALANG, iNews.id – Sungguh memilukan kehidupan yang dijalani Tunut (48) warga RT 03 RW 06 Dukuh Penuntun, Desa Banjarmulya, Kabupaten Pemalang. Dia hidup menjanda bersama anak semata wayangnya, Mohamad Faisal Alif ( 20) yang menderita autis.
Mirisnya, Tunut belum pernah mendapatkan program bantuan pemerintah, baik bantuan sosial maupun program-program bantuan lainnya.
Sehari-harinya dia tinggal di rumah kecil bersama anaknya. Tidur tidak bisa karena tidak punya tempat tidur.
Sehingga terpaksa harus tidur di lincak atau rusbang kursi panjang yang usang. Sedangkan anaknya tidur di lantai tanah dengan alas apa adanya.
Sehari-hari Tunut bekerja serabutan, memungut sisa-sisa sayuran dan sisa panen padi di sawah. Hanya satu bantuan yang pernah dia terima yakni berupa program bedah rumah untuk memperbaiki rumah gubuk.
Tunut berjuang sendirian untuk bisa bertahan hidup sejak bercerai dengan suaminya. Anaknya yang menderita penyakit autis semakin menyusahkannya, karena tak bisa aktivitas normal.
Kehidupannya sering dikucilkan warga tetangganya dan seakan akan tidak ada yang mempedulikannya. “Saya hanya bisa berharap ada bantuan dari pemerintah atau warga yang peduli dengan kehidupan saya,” ungkap Tunut, Jumat (22/9).
“Untuk makan susah karena tidak punya pendapatan. Untuk biaya mengobati anaknya juga tidak ada,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, beberapa pihak mulai memberi bantuan agar bisa meringankan. Salah satunya dari Satlantas Polres Pemalang
“Kami langsung melakukan aksi sosial, memberi bantuan kasur dan sembako,” kata Ipda Anjar Lindu Wijayadi, Kanit Gakkum Satlantas Polres Pemalang.
Aparat Kepolisian akan membantu keluarga agar bisa hidup lebih layak. Selain itu juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar bisa dapat bantuan sosial seperti PKH, Bansos atau lainnya.
Sementara, Tunut terharu dan menangis ketika menerima bantuan dari aparat kepolisian tersebut. Anaknya juga terlihat sangat senang mendapat kasur baru dan tidak tidur di lantai tanah lagi.
Editor: Ahmad Antoni