Kisah Pilu Nenek Lumpuh di Grobogan Berjuang Bertahan Hidup, Harta Habis untuk Beli Beras
GROBOGAN, iNews.id – Sungguh memilukan kehidupan yang dijalani Mbah Sayem (83), warga Desa/Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. Dia hidup sebatang kara selama puluhan tahun berjuang melawan penyakitnya yang kini sudah membuat tubuhnya lumpuh.
Pasca ditinggal pergi suami dan anak angkatnya untuk selama-lamanya pada puluhan tahun yang lalu, kehidupan Mbah Sayem mengalami perubahan drastis.
Sejak itu Mbah Sayem sering mengalami sakit hingga saat ini. Di usia yang sudah senja, nenek sebatang kara ini harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup dengan kondisi tubuh yang sudah lumpuh.
Seluruh harta baik ternak maupun uang simpanan sudah habis dan dijual untuk membeli beras, karena sejak mengalami kelumpuhan ia sudah tidak bisa bekerja lagi.
Bahkan untuk duduk atau berdiri kini sudah tidak bisa dilakukan Mbah Sayem lagi. Saat ini harta yang tersisa tinggal bangunan rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan yang masih ia tempati.
Kelumpuhan yang dialami Mbah Sayem terjadi saat ia sedang berada di Kota Semarang untuk bekerja seadanya. Ketika itu ia tertabrak sepeda motor hingga mengalami cacat pada kaki.
Beberapa warga Desa Gabus yang berdekatan dengan rumah mbah sayem mengaku iba melihat kondisi Mbah Sayem yang sudah tidak bisa beraktivitas sama sekali. Sehingga mereka secara bergantian membantu dan merawatnya setiap hari, baik mulai dari memandikan, menanak nasi hingga menyuapi.
Suparmin, tetangga selalu datang ke rumah Mbah Sayem setiap pagi dan sore untuk melihat dan merawat kondisi mbah sayem. “Saya selalu memandikan dan menanak nasi untuk Mbah Sayem setiap hari meski saya juga harus mengurus keperluan rumah tangga,” katanya, Rabu (8/11).
“Mbah Sayem mengalami penurunan fisik secara drastis sejak dua bulan lalu. Saya iba melihat kondisinya yang semakin melemah. Keluarga Mbah Sayem menyetujui untuk dirawat,” ujar Mbah Parmin.
Nyaman, Ketua RT Gabus menjelaskan bahwa pasca-kecelakaan, Mbah Sayem akhirnya diantar pulang oleh warga Semarang, karena sudah tidak bisa beraktivitas sama sekali. “Sehingga saya mengajak warga untuk ikut membantu dan merawat Mbah Sayem secara ikhlas,” katanya.
Setelah seluruh harta benda Mbah Sayem habis dijual, kini ia hanya bisa mengandalkan uluran tangan dan belas kasihan orang lain untuk sekedar makan dan minum.
Menurut warga, Mbah Sayem hanya menerima bantuan sosial dari pemerintah beberapa kali saja namun saat ini ia sudah tidak menerima lagi.
Editor: Ahmad Antoni