Kisah Pilu Pudji Rahardjo, Eks Kiper Legendaris PSIS yang Kini Jadi Tukang Pijat Panggilan
SEMARANG, iNews.id – Kisah pilu Pudji Rahardjo, mantan kiper PSIS Semarang ini sungguh mengundang empati. Pudji kini menjadi tukang pijat panggilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Di usia senjanya, dia harus berkeliling memenuhi panggilan pasien untuk memenuhi jasa pijat urut dengan upah seikhlasnya.
Pudji Rahardjo merupakan mantan kiper PSIS era tahun 1976-198. Banyak keriput yang kini menghias wajah karena usianya bulan depan akan genap 68 tahun.
Meski demikian, kakek enam anak dan enam cucu ini harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sejak pandemi Covid-19, puji telah menjalani profesi baru sebagai tukang pijat. Sebab, sebelumnya dia harus keluar dari tempat kerja sebagai pengelola wisata di Rembang.
Selain itu, dia juga tak lagi bisa melatih sepak bola karena semua lapangan tutup akibat Covid-19. Pudji yang sekarang tinggal di kawasan Manyaran Semarang Barat, awalnya tak dikenal warga pernah menjadi legenda kiper PSIS.
Selain itu, Pudji juga mengunggah jasa penawaran beberapa kategori pijat seperti pijat refleksi, pijat capek, hingga pijat salah urat keseleo. Tentunya, ini menjadi salah satu kondisi yang tidak diinginkan oleh mantan atlet sepak bola.
“Saya tahunya sebagai tukang pijat yang sesekali dibutuhkan untuk memijat pemain PSIS ketika cedera,” ungkap Dwi Prasetyo, pelanggan pijat, Kamis (9/3/2023).
Pengalamannya sebagai kiper yang rentan cedera menjadi pelajaran berharga baginya ketika menjalani terapi pijat waktu itu. “Saya pernah mengenyam pendidikan kuliah olahraga, sehingga mendapatkan materi pembelajaran pijat dan anatomi tubuh,” kata Pudji.
Pudji Rahardjo ketika menjadi pemain PSIS mendapatkan penghargaan dengan direkrut sebagai karyawan sebuah bank BUMN mulai 1979. “Namun saya mengajukan pensiun dini pada 2008 karena ingin fokus melatih sepak bola pada anak-anak,” ujarnya.
Namun, impiannya itu mendapat tantangan besar ketika badai pandemi Covid-19 datang karena kehilangan mata pencaharian. Baru setahun terakhir, kerinduannya melatih sepak bola kembali terwujud setelah pandemi mereda.
Editor: Ahmad Antoni