Krobongan, Kamar di Rumah Tradisional Jawa Kuno untuk Dewi Padi
SOLO, iNews.id – Masyarakat Jawa kuno memiliki rumah tradisional dengan nilai kearifan yang terkandung di dalamnya. Nilai dan filosofi tersebut pada era sekarang tetap menarik diurai.
Bagi masyarakat Jawa, terutama yang hidup di masa lalu, rumah tak sekedar tempat tinggal. Melainkan simbol bagi pemiliknya. Dengan begitu, kedudukan rumah menjadi cerminan kepribadian dan kehidupan penghuninya.
Rumah masyarakat Jawa kuno di antaranya terdapat sebuah kamar yang dianggap sakral, yakni krobongan atau pasren. Kamar ini tidak dipakai untuk tidur, namun dihias kasur, bantal, sajen, dan perlengkapan lainnya.
Kamar dibiarkan kosong guna dipersembahkan kepada Dewi Sri, dewi padi dalam mitologi Jawa. Krobongan bagi petani Jawa kuno, sebagai tempat sakral untuk pemujaan, pembakaran kemenyan, dan peletakan sajen.
Mereka meyakini, agar usaha lancar perlu disediakan tempat khusus untuk menghormati sang dewi padi di dalam rumah.
Krobongan juga digunakan untuk penyimpanan senjata atau harta pusaka. Krobongan dahulu hanya terdapat di rumah para priyayi, raja, serta pangeran Keraton Solo atau Keraton Yogyakarta. Namun seiring waktu, masyarakat biasa memiliki krobongan di dalam rumah.
Krobongan menjadi tempat suci bagi para penghuni rumah tradisional Jawa. Hal itu terkait mitos dan kepercayaan masyarakat Jawa yang berlatar belakang agraris terhadap Dewi Sri. Dewi Sri sebagai lambang kesuburan dan kebahagiaan dalam rumah tangga, sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa.
Keberadaan krobongan, tak dapat dipisahkan dari pemahaman tentang keseimbangan makrokosmos dan mikrokosmos. Segala sesuatu selalu dikaitkan dengan kekuatan alam, sesuatu yang metafisik.
Pada era sekarang, cukup sulit menemukan krobongan di rumah orang Jawa. Bahkan rumah tradisional Jawa saja sudah mulai sulit ditemukan. Kebanyakan masyarakat Jawa pada masa kini menganggap krobongan sudah tidak relevan.
Editor: Ary Wahyu Wibowo