get app
inews
Aa Text
Read Next : Komite Reformasi Kepolisian Bentukan Prabowo Akan Diisi 9 Orang, Mahfud MD Ikut Bergabung

Lumpia Semarang Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa dan Konsistensi Ganjar Dorong Toleransi serta Harmoni

Senin, 23 Oktober 2023 - 16:05:00 WIB
Lumpia Semarang Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa dan Konsistensi Ganjar Dorong Toleransi serta Harmoni
Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD (foto: Instagram)

SEMARANG, iNews.id - Akulturasi budaya Jawa-Tionghoa menciptakan Lumpia Semarang, salah satu makanan khas Semarang, Jawa Tengah, provinsi yang pernah dipimpin Ganjar Pranowo. Saat Calon Presiden Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, dia merupakan salah satu yang berperan penting dalam memperkuat hubungan sejarah di daerah yang telah ada sejak dahulu. 

Capres Ganjar yang berpasangan dengan Mahfud MD bahkan pernah melakukan sebuah diskusi terkait dengan budayawan di Jawa Tengah untuk mengembangkan budaya yang ada. Agama apa pun dapat menjadi sarana akulturasi budaya, mendorong toleransi di antara individu.

Ganjar menunjukkan dia secara konsisten mendorong toleransi dan harmoni antara berbagai komunitas agama melalui beragam tindakan, kebijakan dan program yang telah diimplementasikan.

Akulturasi budaya Jawa-Tionghoa mengilhami kelahiran Lumpia Semarang, makanan khas yang tak terpisahkan dari identitas kuliner Semarang. Lumpia Semarang bukan sekadar makanan, melainkan juga sebuah cerminan indah dari perpaduan budaya yang memenuhi lidah dan menyentuh hati.

Lumpia Semarang merupakan makanan khas Kota Semarang yang mencerminkan akulturasi budaya antara Jawa dan Tionghoa. Asal usul namanya berasal dari penggabungan kata "lun," yang berarti gulung dalam Bahasa Jawa dengan "pia," yang berarti kue dalam Bahasa Hokkien. Pada tahun 2014, Lumpia Semarang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

Asal usul kuliner lumpia Semarang memiliki cerita yang istimewa, di mana pada abad ke-19, terdapat sebuah pasangan suami istri dengan latar belakang etnis Tionghoa dan Jawa yang menikah. Mereka menjadi pionir dalam mendirikan berbagai kedai penjualan lumpia di Kota Semarang.

Pada zaman dahulu, Semarang memiliki peran yang penting dalam jalur perdagangan. Sejak masa kerajaan Hindu-Buddha, Semarang menjadi tujuan yang sering dikunjungi berbagai kelompok etnis, terutama etnis Tionghoa yang mendominasi dibandingkan dengan etnis lainnya yang datang ke daerah tersebut.

Lumpia memiliki peran kunci dalam membantu etnis Tionghoa beradaptasi dan menjalani kehidupan mereka di wilayah Jawa. Selama masa Orde Baru, masyarakat Tionghoa mengalami pembatasan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aktivitas politik dan ibadah. 

Akan tetapi, industri lumpia tetap bertahan hingga saat ini sebagai salah satu simbol ketahanan budaya mereka.

Lumpia Semarang Gang Lombok mengandalkan bahan pokok berupa rebung yang dicampur dengan udang dan telur. Semua bahan ini dibungkus dalam kulit lumpia hingga membentuk silinder panjang. Hampir semua komponen dalam lumpia, seperti rebung, udang, dan lokio, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi.

Hingga saat ini, banyak kedai lumpia di Kota Semarang didirikan oleh keturunan dari Thoa Thay Joe dan Wasi. Beberapa contohnya Kedai Lumpia Gang Lombok, Lumpia Mataram, Lumpia Mbak Lien dan Lumpia Cik Me Me.

Kota Semarang, yang terletak di pesisir utara Jawa, memiliki posisi strategis dalam jalur perdagangan Nusantara. Sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga abad ke-19, Semarang menjadi tempat berkumpulnya pedagang dari berbagai belahan Asia hingga Eropa.

Kemudahan dalam perdagangan di Kota Semarang sangat terkait dengan Kali Semarang, yang langsung mengalir ke Laut Jawa. Pada masa lalu, Kali Semarang menjadi pelabuhan penting dan menjadi jalur utama untuk mengangkut berbagai hasil alam Jawa, termasuk rempah-rempah.

Akibat kunjungan berbagai kelompok etnis, masyarakat Kota Semarang berkembang menjadi masyarakat multikultural. Hal ini tercermin dalam beragamnya lanskap kampung atau permukiman sepanjang Kali Semarang, yang hingga hari ini masih tetap ada. 

Ada Kampung China di sebelah timur Kali Semarang, Kota Lama yang merupakan permukiman Eropa di sebelah utara Kampung China, juga Kampung Melayu yang terletak di tepi timur dan barat Kali Semarang, serta Kampung Jawa yang berada di pertemuan Kali Semarang.

Di antara berbagai kelompok etnis di Semarang, etnis Tionghoa telah berhasil menyesuaikan diri dan bertahan hingga saat ini.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut