Manfaatkan Ruang Sempit, Warga Banjarnegara Sukses Bisnis Telur Jangkrik Beromzet Jutaan Rupiah

BANJARNEGARA, iNews.id – Arianto (34), warga Desa Somawangi, Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara ini memiliki usaha yang cukup unik namun sukses. Dia berjualan telur jangkrik hingga omzetnya mencapai jutaan rupiah.
Arianto sudah sejak dua tahun terakhir ini memelihara ribuan jakgkrik untuk diambil telurnya. Dengan memanfaatkan ruangan sempit rumahnya yang berukuran 7x21 meter, dia membuat petakan-petakan kandang jangkrik.
Untuk mempersiapkan jangkrik bertelur, Arianto membuat petakan kandang dari bahan bambu satu petak kandang masing-masing berukuran 1,5x3 meter yang diisi 2.000 indukan jangkrik.
Pemberian pakan dilakukan empat kali dalam sehari dengan menggunakan pakan pabrikan dan sisa sayuran, jangkrik ini dipersiapkan untuk menjadi indukan petelur. Saat usia sudah mencapai 45 hari, jangkrik pun siap bertelur.
Media tempat telur jangkrik ini cukup sederhana, hanya nampan dan pasir. Selama dua hari sehari telur pun bisa di panen.
“Jangkrik usia produktif mampu bertelur setiap hari dan dari 8 kg indukan jangkrik rata-rata mampu menghasilkan 1 kg telur dalam sehari,” kata Arianto, Kamis (3/8).
Untuk menghasilkan telur maksimal, dia membuat perbandingan 20 pejantan dan 100 betina dalam kandang.
Pengambilan dan pemisahan dilakukan dengan menggunakan air, telur yang sudah dipisahkan dari pasir dan dalam kondisi kering pun siap dijual.
“Harga telur jangkrik ini mencapai Rp250.000 per kilogramnya di pasaran,” ujarnya. Pangsa pasar telur jangkrik ini adalah para peternak yang tidak ingin repot membeli jangkrik.
Pasalnya, telur biasanya akan menetas dalam jangka waktu 5 sampai 7 hari. Pemasaran telur jangkrik ini dilakukan secara online. “Omzet berjualan telur jangkrik ini mencapai Rp5 juta hingga Rp6 juta dalam sebulan,” sebutnya.
Nah, jika Anda bingung memilih usaha apa yang cocok cobalah berjualan telur jangkrik ini mungkin bisa menjadi alternatif pilihan, karena permintaan telur jangkrik di pasaran hingga saat ini masih cukup tinggi.
Editor: Ahmad Antoni