Mengenal Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng, Ternyata Ini Tujuannya

JAKARTA, iNews.id - Mengenal tradisi ruwatan rambut gimbal di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Jika Anda pernah berkunjung ke dataran tinggi Dieng dan bertemu dengan anak-anak yang memiliki rambut gimbal, mereka bukan sedang mengikuti aliran Reggae atau Rasta seperti Bob Marley.
Rambut mereka yang gimbal tersebut juga bukan hasil dari mereka menyalon, melainkan alami karena diawali dengan panas yang tinggi (demam) pada anak tersebut dimalam hari dan diikuti oleh tumbuhnya rambut gimbal tersebut setelah sembuh dari sakitnya.
Oleh karena itu, biasanya akan terdapat tradisi ruwatan rambut gimbal di daerah dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Berikut ini penjelasannya
Para masyarakat setempat meyakini bahwa munculnya rambut gimbal tersebut adalah warisan dari leluhurnya yaitu Kyai Kolodete.
Menurut cerita zaman dahulu, demi kemakmuran desa Kyai Kolodete bersumpah tidak akan melakukan potong rambut dan tidak akan mandi sebelum desa yang dibukannya menjadi makmur.
Hal inilah yang membuat keturunan Kyai Kolodete memiliki ciri rambut yang sama seperti dirinya. Versi cerita yang lainnya adalah munculnya rambut gimbal pada anak-anak merupakan titipan Ratu Kidul Pantai Selatan, terutama bagi masyarakat yang masih menganut kepercayaan kejawen.
Tradisi ruwatan rambut gimbal ini menarik perhatian masyarakat umum, terlebih orang-orang yang berasal dari luar daerah Dieng.
Ruwatan rambut gimbal merupakan upacara pemotongan atau cukur rambut yang dilakukan kepada anak-anak berambut gimbal yang dilakukan oleh masyarakat di daerah dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Tradisi ruwatan rambut gimbal ini biasanya diadakan setiap tanggal satu suro menurut kalender Jawa. Menurut laman warisan budaya kemendikbud, Ruwatan berasal dari kata ‘ruwat’ yang berarti melepas dari nasib sial.
Acara ruwatan ini dilakukan setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut "bebana".
Tradisi ruwatan rambut gimbal ini bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak yang berambut gimbal dari sukerta/sesuker (kesialan, kesedihan, atau malapetaka.
Selain itu, ruwatan rambut ini juga untuk mendatangkan rezeki dan diharapkan si anak dapat hidup dengan rambut yang normal.
Anak-anak yang rambutnya akan diruwat dikumpulkan di rumah tetua adat. Lalu mereka akan dibawa ke Dharamsala untuk acara jamasan Jamasan merupakan mensucikan diri dengan cara mandi. air jamasan yang digunakan berasal dari Sendang Sedayu.
Setelah itu, mereka digiring untuk menuju ke kompleks Candi Arjuna dan dilakukan pemotongan rambut gimbal.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ruwatan rambut gimbal ini digelar sebagai pertunjukan budaya dan dilakukan secara massal menjadi bagian yang penting dari Festival Budaya Dieng (Dieng Culture Festival) yang digelar setiap tahunnya.
Selain itu tradisi ruwatan rambut gimbal ini sudah diakui oleh Kemendikbud sebagai warisan budaya takbenda Indonesia dari Jawa Tengah dengan domain adat istiadat masyarakat, situs, dan Perayaan-Perayaan, pada tanggal 1 Januari 2016.
Itulah penjelasan tentang mengenal tradisi ruwatan rambut gimbal di dataran tinggi Dieng. Semoga bisa menjadi wawasan dan referensi Anda saat berkunjung ke dataran tinggi Dieng.
Editor: Ahmad Antoni