Pakai Baju Padang dan Sarung Makassar, Ganjar: Yang Penting Gayanya Seperti Orang Melayu

SEMARANG, iNews.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo setiap Kamis pekan keempat selalu mengenakan baju daerah. Namun kali ini ada yang berbeda, Ganjar memadukan baju Padang dan sarung Makassar.
Pada Kamis pekan keempat bulan Juli, Ganjar tampil dengan baju adat Dayak Kenyah asal Kalimantan. Kali ini, Ganjar tampil ganteng dengan baju adat Melayu. Bedanya, kali ini dia memilih memadukan beberapa pakaian adat di hari Kamis Nusantara itu.
Dari baju yang dipakai, Ganjar memilih baju adat Padang. Baju koko berwarna merah itu dia pakai dengan celana panjang berwarna serupa. Namun, ikat kepala yang dipakai bukanlah pasangan dari baju adat asal Padang, melainkan dari daerah lain. Sementara sarungnya, dia memilih memakai sarung dari Makassar.
“Ini baju adat Melayu, tapi Melayunya mana ya ini, saya lupa. Soalnya saya punya koleksi baju Melayu banyak, ada dari Bengkulu, Sumatera Barat, Riau dan lainnya,” kata Ganjar dilansir dari website resmi Pemprov Jateng, Jumat (28/8/2020).
Ganjar mengaku, saking banyaknya koleksi baju adat nusantara, kadang membuatnya kebingungan saat hendak mengenakannya. Sehingga saat niat memakai setelah baju adat justru tercecer.
“Saya cari sarungnya ndak ketemu, makanya saya pakai sarungnya ini dari Makassar. Yang penting gayanya seperti orang Melayu kan. Soalnya saya punya banyak, termasuk ada dari Kalimantan Barat itu juga mirip-mirip,” ucapnya.
Ganjar mengatakan memang gemar mengoleksi baju adat nusantara. Uniknya, semua baju adat itu dia beli di tempatnya masing-masing. Saat berkunjung ke suatu daerah, cendera mata yang selalu dicari yaitu baju adat.
“Saya itu kalau pergi ke suatu daerah, selalu mencari suvenir apa yang paling unik. Kalau dulu saya hobi koleksi kaos oblong, sekarang mulai tertarik mengoleksi baju adat nusantara. Soalnya, setiap Kamis pekan keempat di Pemprov Jateng kan pakai baju adat nusantara, makanya saya kumpulkan. Setiap kunjungan ke beberapa daerah, saya pasti cari di mana toko yang jual baju adat, langsung saya beli,” ucapnya.
Meski hobi mengoleksi baju adat nusantara, Ganjar mengatakan tidak begitu memahami secara detil filosofi dari baju-baju yang dia kenakan itu. Namun menurutnya, pasti semua baju adat memiliki filosofi yang menarik untuk dikaji.
“Saya nggak tahu filosofisnya, yang menarik bagi saya adalah karya budayanya. Umpama ikat kepala ini, saya ndak tahu namanya apa, tapi dari bentuk dan cara mengikatnya seperti ini, pasti punya makna filosofis yang mendalam. Saya senang saja, kualitas kainnya bagus-bagus dan warnanya beragam,” ucapnya.
Dia mengatakan memiliki banyak koleksi baju adat nusantara di rumahnya. Meski begitu, dia masih mengidamkan baju adat lain, karena kekayaan dan keragaman budaya Indonesia begitu besar.
“Soalnya beda-beda. Dulu saat saya pakai baju adat dari NTT, saya kira semua sama. Ternyata beda-beda, ada yang lapor ke saya, pak suku saya ndakseperti itu, di tempat saya beda pak. Padahal masih satu provinsi. Makanya saya masih terus akan memburu beragam koleksi baju adat,” ucapnya.
Ganjar harus menunda perburuan koleksi baju adatnya, mengingat dia belum bisa leluasa pergi ke daerah lain akibat pandemi Covid-19. Salah satu baju daerah yang belum dia miliki justru dari Jawa Timur.
“Target dalam waktu dekat yang mau saya beli, ya tergantung kunjungan. Saya justru yang belum punya itu dari Jawa Timur, karena itu unik. Dan yang paling mencolok dari baju adat Jatim itu dari Madura. Saya kepengen punya baju adat Madura,” katanya.
Editor: Nani Suherni