Perburuan Lailatul Qadar
JAKARTA, iNews.id - Bulan Ramadan hampir meninggalkan kita. Di sisa bulan suci yang tinggal enam hari lagi umat Islam banyak yang berburu mendapatkan malam Lailatul Qadar dengan memperbanyak ritual ibadah.
Filosof Muslim, Musa Asy'arie mengatakan, Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan. Suatu malam di mana Malaikat ruh turun membawa keselamatan pada sepanjang malam.
"Hikmah mendapatkan malam Lailatul Qadar akan membawa keberuntungan hidup yang lebih besar dari seribu bulan," kata Musa Asy'arie dalam kuliah tasawuf dikutip iNews.id di akun Facebook-nya, Rabu (29/5/2019).
Karena itu, kata mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, banyak umat Islam yang memburu mendapatkan anugerah malam Lailatul Qadar dengan melakukan iktikaf, tadarus, salat malam dan zikir dengan melibatkan hati, emosi, dan pikiran.
"Suatu perburuan total seperti meningkatkan genjotan pada balap sepeda saat menjelang garis finis," katanya.
Profesor Musa menjelaskan, sesungguhnya 10 malam terakhir tidak bisa dilepaskan dari 10 malam pertama dan kedua Bulan Ramadan.
"Keberuntungan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu tidak ujug-ujug seperti usaha menangkap layang-layang yang putus," ujarnya.
Menurut Musa Asy'arie, di 10 malam terakhir Ramadhan itu justru menjadi malam yang paling berat dilalui karena godaan yang menyebabkan ketergelinciran seseorang dalam perburuan yang vulgar.
Perburuan yang merupakan inti dari hakikat puasa yang dikerjakan sebulan penuh.
Aliran spiritualitas puasa itu akan meninggi sampai puncak pengalaman spiritualitas malam Lailatul Qadar dan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
"Ketulusan, kecintaan menjadi faktor utama untuk mendapatkan hikmah malam Lailatul Qadar," ucapnya.
Hidup hanya ada dalam Allah, dan di luar Allah tidak ada kehidupan, kekayaan, kekuasaan dan kejayaan melainkan ilallah, hanya Allah sendiri yang ada.
Sesungguhnya hakikat semua yang ada adalah berada dalam Allah sendiri. Itulah puncak malam Lailatul Qadar yang penuh kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan yang lebih baik dari seribu bulan.
Editor: Kastolani Marzuki