Profil Biodata Abdul Mu’ti, Tokoh Muhammadiyah Jadi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah

JAKARTA, iNews.id – Profil biodata Abdul Mu’ti, tokoh Muhammadiyah yang dipercaya Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) dalam Kabinet Merah Putih menarik diselami.
Usai dilantik, Prof Abdul Mu’ti bertekad menghadirkan layanan pendidikan yang bermutu. Dia menganggap jabatan tersebut sebagai amanah yang besar. Terlebih, sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh kualitas pendidikan.
“Saya ingin mengedepankan pendidikan sebagai layanan untuk seluruh anak-anak Indonesia. Saya ingin agar bagaimana ke depan kita memberikan layanan pendidikan bermutu untuk semua,” ujar Mu'ti di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024).
Abdul Mu’ti mengaku diminta Presiden Prabowo untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah. “Juga bagaimana kita berusaha untuk bisa saling bersinergi antara satu kementerian dengan kementerian yang lainnya,” ujarnya.
Nah, berikut profil dan sepak terjang Prof Abdul Mu’ti yang resmi menjabat Mendikdasmen.
Nama Abdul Mu’ti sudah cukup familiar di publik. Selain kerena memegang posisi sangat strategis di PP Muhammadiyah sebagai sekretaris umum, pria kelahiran Kudus, 2 September 1968 ini juga cukup aktif menulis opini di sejumlah media.
Selain itu, pernyataan-pernyataan Mu'ti juga sangat sering dikutip sebagai nara sumber berbagai media mengenai berbagai isu nasional, baik soal keagamaan, sosial dan lainnya.
Putra pertama dari pasangan Djamjadi dan Kartinah merupakan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. Prof Dr Abdul Mu'ti M.Ed tercatat sebagai guru besar ke 1.050 Bidang Pendidikan Agama Islam.
Dikutip dari pwmu.co, perjalanan Mu’ti menjadi Guru Besar tidaklah penuh perjuangan. Dimulai sejak tahun 2009 saat masih menjadi pengajar di UIN Walisongo Semarang, namun terkendala perubahan regulasi.
Akhirnya pada tahun 2019, di tengah segala kesibukan dan aktivitasnya sebagai Sekum PP Muhammadiyah dan Ketua BSNP periode 2019 – 2023, usulan kenaikan pangkat diajukan kembali dan baru pada bulan Agustus ini surat Keputusan kenaikan pangkatnya menjadi Guru Besar ditandatangani Mendikbud Nadiem Makarim.
Hal yang cukup menarik dari latarbelakang Abdul Mu'ti adalah perspektif keagamaannya yang terbuka dan moderat. Meski berlatar belakang keluarga Muhammadiyah, Mu’ti tak segan belajar dari lingkungan masyarakat Nahdliyyin.
Lahir dari keluarga petani dan guru mengaji di Desa Getassrabi, Kudus, Jawa Tengah, Mu’ti mendapat keleluasaan dari ayahnya untuk menimba ilmu dari masyarakat sekitar yang mayoritas NU. Bahkan, Mu'ti mengaku ayahnya cukup bangga ketika dirinya menjadi ketua Jamiyyah Sabilul Khairat yang di antara kegiatan rutinnya adalah tahlilan, Yasinan, dan membaca al-Barzanji.
Berbagai pengalaman yang ia alami telah membentuk sikap terbuka dan moderat dalam beragama.
Nama : Abdul Mu'ti
Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 2 September 1968
Istri : Hj Masmidah
Ayah : (Alm) Djamjadi
Ibu : Kartinah
Mu'ti menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di madrasah. Dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Manafiul Ulum (Kudus, 1980), Madrasah Tsanawiyah Negeri (Kudus, 1983), Madrasah Aliyah Negeri Purwodadi Filial di Kudus (Kudus, 1986).
Pendidikan tingginya ditempuh di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo (Semarang, 1991), Pembibitan Calon Dosen IAIN (Jakarta, 1992-1993), Flinders University of South Australia (Adelaide, 1997) dan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2008).
Terlahir dari keluarga petani, masa kecil Mu’ti tak pernah lepas dari aktivitas membantu orang tua dan kakeknya. Bertani, berkebun dan beternak adalah salah satu aktivitas utama yang dilakukannya semasa kecil. Etos kerja dan semangat pantang menyerah sudah menjadi bagian dari karakter yang diwariskan oleh orang tuanya.
Selepas menamatkan jenjang pendidikan menengah di MAN Purwodadi filial di Kudus (sekarang menjadi MAN 1 Kudus) pada tahun 1986, Mu’ti memberanikan diri meminta ijin kuliah kepada orang tuanya.
Djamjadi ayahnya, hanya lulusan MTs, sementara Kartinah (ibunya) hanya lulusan SR (Sekolah Rakyat, setara SD).
Meskipun demikian, mereka memegang prinsip, kami boleh saja bodoh tetapi anak-anak kami harus pintar. Prinsip ini membuat mereka tak perlu pikir panjang memberikan ijin bagi putra sulungnya untuk mendaftar kuliah. Mu’ti diterima di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan menamatkan pendidikan sarjana pada tahun 1991.
Sebagai mahasiswa pertama dari kampungnya, Mu’ti memikul beban berat. Gagal menyelesaikan studi berarti menutup masa depan anak kampung lainnya yang juga bermimpi menempuh pendidikan tinggi di universitas.
Kegagalan akan menumbuhkan skeptisisme di kalangan orang tua, buat apa kuliah mahal-mahal toh akhirnya jadi petani atau kuli bangunan juga. Dua pekerjaan yang jamak dilakoni penduduk kampungnya.
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, perjalanan kuliahnya tak jarang menemui kendala. Untuk menekan biaya hidup di Semarang, setiap pulang dari kampung Mu’ti selalu membawa bekal makanan pokok. Dua bekal yang tak pernah ketinggalan adalah beras dan telur. Di tengah himpitan ekonomi masing-masing, bude dan pakleknya selalu membantu uang saku sebisa mereka.
Mu’ti mulai aktif di Muhammadiyah pada 1987. Ketika itu, ia pertama kali menjadi anggota dan pimpinan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) komisariat Al-Faruqi IAIN Walisongo. Kiprahnya di Muhammadiyah terus berlanjut.
Ia pun ikut menjadi pengurus di sayap pemuda Muhammadiyah. Ia dipercaya menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah sejak 2002 hingga 2006 dan melanjutkan estafet kepemimpinan dari nama-nama besar, seperti Din Syamsuddin dan Hajriyanto Thohari.
Pada Muktamar Muhammadiyah 2010 di Yogyakarta, Mu’ti terpilih menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Selama lima tahun kepengurusan, ia menerima amanah sebagai sekretaris.
Kiprah Mu’ti di persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu terus meningkat. Pada Agustus lalu, dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar, tim formatur menunjuknya sebagai sekretaris umum PP Muhammadiyah.
Mu’ti mengaku, studi S-2 di Australia merupakan hal penting dalam hidupnya. Selama merantau, katanya, ia tidak hanya mematangkan karier akademik, tetapi juga kepemimpinan dan membangun jejaring nasional dan internasional.
Sederet capaian gemilang telah Mu’ti raih. Meski begitu, seluruhnya ia kembalikan sebagai hasil dari proses panjang hidup dan dukungan yang ia terima. “Apa yang saya capai sekarang adalah buah dari pendidikan, doa orang tua, dan yang paling utama rahmat Allah SWT,” ungkapnya. Selamat mengemban tugas barunya Prof.
Editor: Kastolani Marzuki