Ratusan Warga Binaan Rutan Salatiga Meriahkan HUT RI dengan Lomba 17-an

SALATIGA, iNews.id – Suasana semarak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia juga terasa di dalam Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga, Jawa Tengah. Ratusan warga binaan bersama petugas rutan menggelar beragam perlombaan khas 17 Agustusan, Minggu (17/8/2025).

Meski berada di balik tembok penjara, semangat kemerdekaan tidak surut. Warga binaan tampak antusias mengikuti sejumlah perlombaan tradisional, mulai dari lari estafet tepung, memasukkan bola ke dalam botol, estafet kaos, hingga lomba memecahkan balon yang membutuhkan kekompakan dan kerja sama.

Baca Juga

Viral Wanita Ini Ikut Lomba Fashion Show Hari Kemerdekaan RI Bahan Bajunya dari Sayur-sayuran

Keceriaan dan senda gurau menghiasi jalannya perlombaan, meski para peserta tetap serius untuk memperebutkan kemenangan. Suasana hangat antara warga binaan dan petugas sipir pun membuat kegiatan berlangsung penuh keakraban.

Kepala Rutan Salatiga, Anton Adi Ristanto, mengatakan kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana pembinaan mental serta penguatan rasa nasionalisme.

Baca Juga

Momen Gibran Asyik Nonton Lomba Panjat Pinang di Kalimalang: Seru!

“Perlombaan ini bagian dari pembinaan. Kami ingin menanamkan kebersamaan, kekompakan, sekaligus semangat nasionalisme bagi warga binaan maupun petugas,” ujar Anton.

Sejumlah warga binaan mengaku senang bisa mengikuti lomba 17-an, karena membuat mereka terhibur dan merasa seperti di luar rutan.

“Rasanya senang sekali bisa ikut lomba. Walaupun di dalam rutan, kami tetap bisa merasakan kebersamaan dan kemerdekaan,” ungkap Eko, salah satu warga binaan.

Hal senada juga disampaikan Meisela, warga binaan lainnya, yang menilai lomba kemerdekaan ini menjadi momen sederhana namun penuh makna. “Kami merasa bahagia. Ada arti mendalam tentang kemerdekaan, walau kami sedang menjalani masa hukuman,” tuturnya.

Melalui kegiatan ini, para warga binaan Rutan Salatiga tidak hanya merasakan kebahagiaan sederhana, tetapi juga memaknai kembali arti kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari.

Editor: Kastolani Marzuki